Bisnis.com, TOKYO – Pemerintah Jepang tengah berencana untuk membangun dinding bawah tanah beku untuk membatasi pencemaran air di fasilitas pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang rusak. Langkah ini diperlukan untuk pemeriksaan lebih lanjut terhadap potensi risiko terhadap lingkungan.
Ketua Komite Pemantau Reformasi Nuklir dari Tokyo Electric Power Co., Dale Klein mengatakan rencana itu dimaksudkan untuk menjaga air tanah merembes ke dalam ruang bawah tanah gedung reaktor yang rusak. Sehingga mungkin tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena hal ini didasarkan pada asumsi-asumsi yang belum diuji tentang hidrologi situs.
"Apakah ada konsekuensi yang tidak diinginkan? Kami khawatir tentang keamanan dan perlindungan lingkungan," ujaranya seperti dikutip Bloomberg, Selasa (6/5/2014).
Pemerintah Jepang pada September 2013 mengemukakan bila pihaknya akan menggelontorkan 32 miliar yen atau setara dengan US$313 juta untuk membangun dinding bawah tanah berbentuk persegi panjang dengan panjang 1,4 kilometer dengan memompa pendinginan melalui pipa tenggelam ke dalam bawah tanah di pabrik Fukushima Dai-Ichi.
Pembangunan dinding es tersebut merupakan upaya dari Tepco selaku operator dari fasilitas PLTN tersebut untuk mengurangi air radioaktif di lokasi. Pasalnya, tingkat air beracun di pabrik meningkat pada tingkat 400 ton per hari pada air tanah yang merembes ke ruang bawah tanah dan bercampur dengan air pendingin yang telah di kontak dengan inti reaktor yang meleleh sehingga memiliki kandungan radioaktif yang tinggi .
“Dinding es tersebut dijadwalkan selesai pada akhir Maret 2015 dan akan tetap beroperasi sampai tahun 2020,” ujar Mayumi Yoshida, juru bicara Tepco.
Namun, jelasnya, ada sebuah rencana yang terpisah untuk mengalihkan air tanah dari bukit terdekat dari reaktor dan ke laut yang akan memotong air yang terkontaminasi hingga 100 ton per hari.
Hanya saja, Tepco dan Kajima Corp, kontraktor utama proyek dinding es itu kini tengah melakukan tes pada sistem menjelang penyebaran yang nyata. Hasil ter tersebut, jelasnya,
Tepco menemukan informasi teknis yang menunjukkan dinding beku bukan yang terbaik, sehingga pihaknhya perlu berkomunikasi kepada pemerintah.
“Saya tahu bahwa pemerintah telah merencanakan dinding beku, tapi saya berharap ilmu pengetahuan bisa memberikan andil untuk mempengaruhi kebijakan politik,” ujarnya.