Bisnis.com, JAKARTA --Bank Indonesia memprediksikan pada April 2014 akan terjadi deflasi month to month di kisaran 0,1%, karena meningkatnya pasokan pangan.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan deflasi didorong kondisi pangan khususnya panen beras yang mundur menjadi April 2014.
"Deflasi lebih didorong oleh pangan, serta harga cabe merah, bawang dan cabe rawit," ungkapnya pada Bisnis, Rabu (30/4/2014).
Pada Maret 2014, inflasi bertengger di posisi 0,8%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada April 2013, Indonesia juga mencatatkan kondisi deflasi di 0,1%, dengan indeks harga konsumen (IHK) di posisi 138,68%.
Secara teori, deflasi adalah suatu periode di mana harga-harga secara umum jatuh sehingga nilai uang bertambah, sehingga salah satu cara untuk menanggulangi deflasi yang dalam dengan menurunkan tingkat suku bunga.
Sementara itu, sejak Januari 2014, perhitungan IHK inflasi telah didasarkan pola konsumsi pada survei biaya hidup di 82 kota. Padahal pada Juni 2008, perhitungan IHK masih berdasarkan survei biaya hidup di 66 kota.
BI menilai dengan bertambahkan cakupan kota perhitungan IHK inflasi, maka hal tersebut menunjukkan kegiatan ekonomi daerah semakin meningkat dan memiliki kontribusi penting bagi inflasi secara nasional.
Sehingga untuk mengendalikan inflasi, BI akan memaksimalkan peranan tim pengendali inflasi daerah (TPID) di 41 kantor perwakilan BI untuk menurunkan inflasi guna meningkatkan daya saing perekonomian.