Bisnis.com, JEMBRANA, BALI - Indonesia berpeluang mengekspor sperma beku sapi potong lokal secara besar-besaran setelah realisasi produksi dalam 2 tahun terakhir selalu melampaui kebutuhan peternakan nasional.
Kementan mencatat, pada 2013 produksi sperma beku sapi potong Indonesia menembus angka 5,17 juta dosis (1 dosis=25 cc) dengan kebutuhan nasional hanya 2,7 juta dosis.
Hal ini membuka peluang mendatangkan devisa yang cukup besar karena harga jual internasional sekitar US$20-US$30/dosis, meski di pasar domestik hanya Rp7.000-Rp9.000/dosis.
"Selama ini kita sudah eksportir semen beku sapi jenis brahman, simental dan limosin ke Malaysia, Afghanistan, Kamboja, dll. Berikutnya adalah ekspor semen beku ternak lokal," ujar Wakil Menteri Pertanian Rusman Heryawan, Sabtu (26/4/2014).
Rusman menjelaskan eksportasi sperma beku hanya diperbolehkan terhadap grade 3, sementara grade 1 hanya diperuntukkan kepada peternak lokal, untuk menghindari pencurian genetika.
Di sisi lain, tugas Lembaga Sertifikasi Pro (LSPro) sebagai otoritas pemberi jaminan mutu terhadap bibit yang beredar di pasaran demi melindungi konsumen.
Dia mengatakan proses sertifikasi harus dilakukan secara lengkap di sentra-sentra peternakan, sampai pelepasan jantan unggulan. "Itu cara mencukupi daging sapi dan perbaikan kesejahteraan peternak kecil," ujarnya.
Wewenang pembibitan dan pengembangan bibit, tuturnya, ada di pemerintah pusat melalui balai pembibitan ternak unggul (BPTU), karena terkait penyebaran di seluruh Indonesia.
Sejauh ini, ada 7 BPTU di Indonesia, yaitu BPTU Denpasar, BPTU Sembawa, BPTU Indrapuri, BPTU Siborong-borong, BPTU Prehari dan BPTU Padangan Atas.