Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Smelter Nikel: Bosowa Lakukan Ground Breaking Pertengahan Tahun Ini

Bosowa Group, melalui anak usahanya yang baru terbentuk PT Bosowa Industri FeNi siap merealisasi pembangunan pabrik pengolahan (smelter) bijih nikel menjadi feronikel di Jeneponto, Makassar.
Ilustrasi-smelter
Ilustrasi-smelter

Bisnis.com, JAKARTA-- Bosowa Group, melalui anak usahanya yang baru terbentuk PT Bosowa Industri FeNi siap merealisasi pembangunan pabrik pengolahan (smelter) bijih nikel menjadi feronikel di Jeneponto, Makassar.

Ditargetkan, dalam waktu satu-dua bulan mendatang proses konstruksi bisa dilakukan.

Pada awalnya, proyek yang bernilai US$432,7 juta tersebut ditargetkan mulai konstruksi pada awal 2015.

Seiring larangan ekspor mineral mentah yang tercantum dalam Undang-Undang No.4/2009 tentang mineral dan batu bara, Bosowa sempat berkomitmen untuk mempercepat proses konstruksi atau ground breaking pada Maret 2014.

Namun sayang, lantaran pemilihan kontraktor yang terlalu lama, proses tersebut dimundurkan sampai satu-dua bulan ke depan.

CEO Bosowa Group Erwin Aksa mengatakan pihaknya tetap akan melakukan proses konstruksi tahun ini. Komitmen tersebut tetap dilakukan lantaran pemerintah konsisten menjalankan beleid yang mengandung pro-kontra tersebut.

“Kemarin itu lama karena proses pemilihan kontraktornya. Sekarang sudah terpilih, sebentar lagi sekitar pertengahan tahun ini bisa dilakukan,” kata Erwin kepada Bisnis, Minggu (20/4/2014).

Menurut Erwin, mencari kontraktor yang kredibel tidaklah mudah. Pihaknya harus mempertimbangkan beberapa kontraktor untuk bisa bekerja sama dengannya.

Saat ini kontraktor sudah lengkap dan proses rekayasa pengadaan konstruksi (Engineering Procurement Construction /EPC) sudah disiapkan dan sudah tahap final.

Pembangunan smelter membutuhkan waktu kurang lebih 36 bulan. Dengan demikian, diperkirakan pembangunan smelter akan rampung pada 2017.

Sebelumnya, pihaknya akan mengejar agar bisa berproduksi pada akhir 2016 atau awal 2017.  

Adapun, proyek ini akan memproduksi feronikel sekitar 25.000 ton per tahun.

“Ya mundur sedikit, kemungkinan 2017. Masalah pemilihan teknologi kan juga harus benar-benar,” ujar Erwin.

Hasil pengolahan yang menghasilkan feronikel ini akan diekspor 100% ke China, India, dan Jepang. “Soalnya belum ada pabrik stainless steel di Indonesia,” tambah Erwin.

Berdasar data Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, potensi nikel Indonesia sebesar 3,2 miliar ton.

Deposit terbesar berada di Indonesia Timur yakni di Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua yakni sebesar 1,2 miliar ton.

Adapun saat ini, Bosowa telah menyiapkan lahan seluas 60 hektare di Jeneponto. Smelter tersebut akan ditopang oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeneponto yang berkapasitas 2x125 MW.

Erwin meyakinkan proyek tidak ada masalah dengan listrik dan lahan lantaran sudah terintegrasi di Jeneponto.

Bahkan, smelter juga akan didukung oleh konsensi lahan tambang nikel milik Bosowa seluas 1.000 hektar di Konawe.

“Bahan baku kami diperkirakan akan berasal dari Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Yang pasti, bahan baku tersebut berasal dari tambang-tambang yang saat ini produksinya diekspor, tetapi tahun 2014 dilarang ekspor. Jadi kami siap tampung,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper