Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BAI Mulai Bangun Smelter di Bintan

Pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) bijih bauksit menjadi alumina di Galang Batang Bintan Timur, Kepulauan Riau, masih terkendala lahan. Smelter ini ditargetkan mulai beroperasi penuh pada 2018 dengan kapasitas total 2,1 juta ton per tahun.
Selain itu, disiapkan pula fasilitas produksi aluminium elektrolit (ingot) secara bertahap dengan kapasitas total 1 juta ton per tahun pada 2022. /bisnis.com
Selain itu, disiapkan pula fasilitas produksi aluminium elektrolit (ingot) secara bertahap dengan kapasitas total 1 juta ton per tahun pada 2022. /bisnis.com

Bisnis.com, BINTAN - Pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) bijih bauksit menjadi alumina di Galang Batang Bintan Timur, Kepulauan Riau, masih terkendala lahan. Smelter ini ditargetkan mulai beroperasi penuh pada 2018 dengan kapasitas total 2,1 juta ton per tahun.

Direktur Utama PT Bintan Aluminium Indonesia (BAI) Zulnahar Usman mengatakan sebelumnya pemancangan tiang pertama pelabuhan ditargetkan terlaksana pada Mei 2014. Realisasi mundur dari target lantaran belum selesai masalah lahan proyek. Dari kebutuhan sedikitnya 3.000 hektar yang sudah bebas sekitar 70% dan sisanya masih diupayakan pembebasannya.

"Kami sedang lengkapi semua kriteria untuk lahan ini karena masih ada yang kurang seperti Amdal," ucap Zulnahar kep[ada Bisnis, Kamis (17/4/2014).

Terkait dengan lahan proyek, Bupati Bintan Ansar Ahmad menyatakan dari kebutuhan sekitar 4.305 hektar yang sudah bisa digunakan baru sekitar 1.000 hektar. "2.000 hektar lahan belum dibebaskan, masih proses pinjam pakai lahan. Minimal, 1.000 hektar sudah clean bisa untuk pelabuhan," ucapnya kepada wartawan.

Total kebutuhan lahan untuk tahap pertama seluas 1.324 hektar untuk smelter alumina, fase kedua 1.451 hektar untuk smelter aluminium, terakhir 1.530 hektar untuk kawasan industri penunjang proyek smelter ini.

Lahan yang belum dibebaskan lantaran terkendala status hutan produksi terbatas (HPT), hutan produksi yang bisa dikonversi (HPK), dan hutan produksi (HP).

Sebelumnya, pemancangan tiang pertama pelabuhan ditargetkan terlaksana pada Mei 2014. Realisasi mundur dari target lantaran belum selesai masalah lahan proyek. Dari kebutuhan sedikitnya 3.000 hektar yang sudah bebas sekitar 70% dan sisanya masih diupayakan pembebasannya.

Kapasitas total smelter akan dicapai secara bertahap, yakni 700.000 ton per tahun pada 2015, pada 2017 mencapai 1,4 juta ton, hingga akhir 2,1 juta ton pada 2018. Selain itu, disiapkan pula fasilitas produksi aluminium elektrolit (ingot) secara bertahap dengan kapasitas total 1 juta ton per tahun pada 2022. Ada pula fasilitas produksi karbon anoda berkapasitas 530.000 ton per tahun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper