Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kakao Indonesia: Belum Mampu Taklukkan Eropa, Begini Alasannya

Meski menjadi produsen kakao terbesar ketiga di dunia, Indonesia masih saja tak sanggup menaklukkan pasar Uni Eropa.

Bisnis.com, JAKARTA—Meski menjadi produsen kakao terbesar ketiga di dunia, Indonesia masih saja tak sanggup menaklukkan pasar Uni Eropa.

Namun, diskriminasi tarif masuk kakao antara Indonesia dan Afrika dinilai tidak seharusnya dijadikan kambing hitam atas kegagalan RI mendominasi pasar kakao Uni Eropa, yang merajai 73% pasar coklat dunia.

Kepala Divisi Peneliti Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Misnawi menjelaskan bea masuk kakao Indonesia ke blok mata uang Eropa tersebut sangat tinggi dibandingkan dengan Afrika, yang dinolkan tarif impor untuk semua produk turunan kakaonya.

Bea masuk cocoa liquor untuk RI di UE menembus 61,%, angka itu juga berlaku bagi produk cocoa cake Indonesia. Adapun, tarif untuk memasukkan cocoa butter dan cocoa powder ke UE masing-masing adalah 4,2% dan 2,8%.

Misnawi menilai diskriminasi hambatan tarif tersebut tidak selayaknya disebut-sebut sebagai biang permasalahan. Yang menjadi masalah, lanjutnya, Eropa mematok standar dan selera yang sangat tinggi pada kakao yang masuk ke wilayahnya.

“Di Eropa, mutu dan cita rasa pada kakao itu sangat penting, sehingga fermentasi merupakan keharusan. Sama sekali tidak ada tempat bagi cacat cita rasa. Selain itu mereka menetapkan standar keamanan dan kesehatan yang tinggi, termasuk kandungan kontaminan, pestisida, mikotoksin, dan sebagainya. Traceability dan sistem produksi kakao yang masuk ke Eropa juga harus tersertifikasi,” papar Misnawi.

Permasalahan lainnya adalah kakao Nusantara lebih banyak dihasilkan oleh petani skala kecil. Hal itu selama ini dicap sebagai salah satu kendala sulitnya memenuhi standar untuk mengekspor kakao dan produk turunannya ke Benua Biru.

“Namun, [alasan itu] jangan dijadikan kambing hitam. Buktinya, kakao Ghana dan Kolombia juga dihasilkan oleh petani kecil, tapi pangsa pasar kakao mereka di Eropa besar. Ghana bisa menembus [pangsa pasar senilai] 273,98 juta euro [di Eropa],” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper