Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harmonisasi Halal Paling Sulit Dituntaskan Jelang MEA 2015

Harmonisasi standar halal di Asia Tenggara dinilai sebagai tantangan tersulit dalam proses integrasi perdagangan kawasan menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.

Bisnis.com, KUALA LUMPUR—Harmonisasi standar halal di Asia Tenggara dinilai sebagai tantangan tersulit dalam proses integrasi perdagangan kawasan menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.

Menteri Perdagangan dan Perindustrian Internasional Malaysia Mustapa Mohamed mengakui harmonisasi standar halal merupakan tantangan terbesar bagi industri berbasis halal di Asean, karena setiap negara memiliki patokannya sendiri.

“Ini tantangan terberat karena tidak ada standar muslim yang sama di kawasan. Hingga saat ini kami masih membicarakannya di Sekretariat Asean, tetapi masih belum juga ada kesimpulan,” katanya kepada Bisnis di sela-sela pembukaan MIHAS 2014, Rabu (9/4/2014).

Menurut Mustapa, perekonomian halal sebenarnya mulai membangun momentumnya di Asean. Malaysia, lanjutnya, bahkan akan menggunakannya sebagai mesin utama penggerak perekonomian.

Negeri Jiran mengekspor produk halal senilai US$10 miliar tahun lalu dengan negara tujuan terbesar China, Singapura, dan Amerika Serikat. Investasi pada industri halal di Malaysia, lanjutnya, juga terus mengalami peningkatan.   

Penanaman modal untuk sektor halal di Malaysia telah menembus US$2,5 miliar pada 2013, dengan kapasitas pembukaan lapangan pekerjaan sebanyak 45.000 peluang.

“Konsumsi global atas produk halal terus tumbuh dari tahun ke tahun. Saat negara lain baru membangun industri halalnya, kami sudah selangkah lebih maju dengan merambah sektor jasa melalui pembangunan bank Islam pertama pada 1983,” katanya.

Investasi di sektor industri halal di Malaysia untuk tahun ini akan ditekankan pada industri kosemetik dan personal care. Tahun lalu, negara tetangga itu telah mengekspor produk kosmetik halal senilai US$15 juta.

Selama acara pertemuan bisnis internasional yang dihelat sehari sebelum MIHAS 2014 dimulai, total trasaksi yang diraup bernilai US$145 juta, bertumbuh 20% dari tahun lalu.

Indonesia sendiri mengirimkan 16 perusahaan untuk mengikuti pertemuan tersebut, yang sebagian besar dari mereka adalah usaha skala mikro kecil menengah (UMKM).

Ke-16 perusahaan itu a.l. CV Alida Berkah Maju, CV Elhamidi Jaya Mandiri, CV Karya Raya, CV Shaakira Utama, CV Tiga Putra MA, DBD Powder, Durian Dingin, Herba Badges, Jajan Pasar Jombang, LB Group, PT Boga Makmur Grasia, PT Garuda Global, Rizquna Coffee, UD Komplit, dan Ummi Beauty & Healthcare.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper