Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KECELAKAAN KERETA MALABAR: Penyebab Masih Diinvestigasi KNKT

Mengenai penyebab kecelakaan yang dialami Kereta Api Malabar jurusan Bandung-Malang, Kementerian Perhubungan masih akan menunggu hasil investigasi yang dilakukan Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT).
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, BANDUNG - Mengenai penyebab kecelakaan yang dialami Kereta Api Malabar jurusan Bandung-Malang, Kementerian Perhubungan masih akan menunggu hasil investigasi yang dilakukan Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT).

Wakil Menteri perhubungan Bambang Susantono mengatakan sejauh ini pihaknya hanya mendapatkan informasi kereta tergelincir dan masuk jurang sedalam 20 meter akibat melintasi tanah yang labil. Selain itu, tidak jauh dari lokasi banyak terdapat alih fungsi lahan.

"Tak hanya itu, Dirjen Kereta Api juga akan melakukan audit secara khusus untuk yang daerah rawan seperti ini," katanya, kepada wartawan, akhir pekan lalu.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kab Tasikmalaya mengimbau kepada PT KAI untuk mewaspadai tiga titik lintasan rel kereta api yang dianggap rawan bencana longsor.

Kepala BPBD Kab Tasikmalaya Kundang Solihin menyebutkan tiga titik yang mesti diantisipasi itu a.l Ciawi, Kadipaten dan Manonjaya. Bahkan secara keseluruhan 39 kecamatan di Kab Tasikmalaya termasuk daerah rawan gerakan tanah dengan kategori sedang hingga tinggi.

"Potensi terjadinya longsor atau gerakan tanah akan semakin tinggi ketika hujan dengan intensitas hujan dalam waktu lama terjadi," ujarnya.

Untuk itu, dirinya berjanji akan meningkatkan koordinasi dengan perusahaan plat merah tersebut agar kejadian serupa seperti anjloknya Kereta Api Malabar jurusan Bandung-Malang tidak kembali terjadi.

Mengenai pemberitahuan daerah rawan longsor secara langsung kepada PT KAI, menurutnya hal itu sudah dilakukan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

"Yang jelas untuk kejadian KA yang anjlok di Ciawi kami juga ikut terlibat dalam mengevakuasi korban dan gerbong kereta," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Humas PT KAI Daops II Bandung Zunerfin memperkirakan, jalur yang terputus karena longsor baru dapat dilalui kembali paling cepat 3 hari. Dengan catatan, proses evakuasi berjalan lancar dan tidak dihentikan karena cuaca buruk.

Hingga saat ini, cuaca bersahabat sehingga proses evakuasi bisa dilakukan nonstop 24 jam. Proses pertama adalah membersihkan jalur dari seluruh barang yang menghambat perbaikan rel, termasuk lokomotif dan gerbong.

"Bila berjalan lancar, proses pertama diselesaikan dalam waktu 1 hari. Proses kedua, yakni memperbaiki rel agar dapat dipergunakan kembali," ucapnya.

Kapolda Jabar Irjen Pol Mochamad Iriawan meminta PT KAI agar segera melakukan pemetaan terhadap sejumlah daerah rawan bencana terutama longsor. Terkait dugaan alih fungsi lahan sekitar rel sehingga mempengaruhi pergeseran tanah kepolisian akan melakukan pemeriksaan.

"Bukan disebabkan karena sabotase, tapi kecelakaan ini murni akibat adanya tanah longsor berada di jalur KA. Jadi saya meminta, dinas perhubungan memetakan dimana saja titik rawan longsor yang dilalui jalur KA," ujarnya.

Karena sebelumnya jalur yang sama dilalui KA Argo Willis bersama seorang pengawas dari PT KAI. Akan tetapi setelah dilewati KA Malabar hujan terjadi dan mengakibatkan tanah longsor.

"Kalau penyebabnya bisa diakibatkan faktor alam, karena longsoran tanah sangat labil jadi tidak ada sabotase," paparnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Herdi Ardia
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper