Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Manufaktur Anjlok

Kinerja industri manufaktur terus menunjukkan penurunan. Kalangan pengusaha bahkan memprediksi kinerja industri manufaktur pada triwulan I/2014 tidak bisa menyampai realisasi kinerja periode yang sama tahun lalu.

Bisnis.com, JAKARTA- Kinerja industri manufaktur terus menunjukkan penurunan. Kalangan pengusaha bahkan memprediksi kinerja industri manufaktur pada triwulan I/2014 tidak bisa menyampai realisasi kinerja periode yang sama tahun lalu.

 

Data HSBC Indonesia Purchasing Managers Index (PMI), PMI manufaktur dalam negeri pada Maret 2014 tercatat 50,1 atau turun 0,4 poin dibandingkan dengan Februari 2014 yang berada pada posisi 50,5.

 

Indeks manufaktur pada Maret 2014 merupakan indeks terendah dalam tujuh bulan terakhir. Selain itu, rata-rata PMI 50,5 pada kuartal 1/2014 menunjukkan nilai atau indeks yang lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni 50,7.

 

Meskipun produsen Indonesia terus melaporkan peningkatan kinerja dan investasi yang lebih tinggi, data PMI justru menyoroti penurunan produksi manufaktur.

 

Data Maret menunjukkan produksi terus jatuh menyusul peningkatan marjinal satu bulan sebelumnya. Menurut survei yang dilakukan PMI, cuaca yang tidak menguntungkan dan kekuranan bahan mentah merupakan faktor yang membuat penurunan produksi tersebut.

 

Apalagi, waktu pengiriman pasokan yang lebih panjang akibat hujan dan banjir menambah buruknya kinerja penjualan. Setelah melakukan peregangan hingga enam bulan, permintaan barang baru menunjukkan pertumbuhan pada Maret 2014.

 

Meskipun sedikit, kenaikan lebih baik dibandingkan Februari 2014. Perusahaan yang berbasis di Amerika, Asia, dan Eropa dilaporkan melakukan permintaan yang lebih tinggi dibandingkan negara lainnya.

 

Su Sian Lim, Ekonom HSBC ASEAN mengatakan seiring dengan kekurangan bahan baku dan lemahnya produksi, produsen Indonesia berusaha mengejar ketinggalan pada Maret ini meskipun tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan.

 

Kemudian, bisnis barang setengah jadi juga turun dalam empat bulan berturut-turut, tetapi tingkat kontraksi melunak sejak Februari.

 

Manufakur kerja di seluruh Indoenesia menurun tiga bulan berturut-turut. Aktivitas pembelian naik pada Maret karena pertumbuhan bisnis baru, tetapi saham pra-produksi turun lantaran perusahaan melaporkan keterlambatan dalam pengiriman bahan baku,” kata dia, Selasa (1/4/2014).

 

Di sisi lain, menurutnya, setelah pemerintah Indonesia, melalui Bank Indonesia agresif melakukan pengetatan moneter sejak pertengahan 2013, permintaan domestik meningkat dengan kecepatan sedang. Begitu juga dengan permintaan luar negeri, yang meningkat meski tipis.

 

“Penurunan yang sedang berlangsung saat ini menunjukkan bahwa kondisi manufaktur tetap datar beberapa bulan mendatang.”

 

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indoensia (Apindo) Sofjan Wanandi khawatir dengan pertumbuhan industri manufaktur atau nonmigas pada triwulan I/2014.

 

Berdasarkan data Kemenperin, pertumbuhan industri non migas pada triwulan I/2013 mencapai 6,75%. Menurut Sofjan, pertumbuhan industi tersebut pada tahun ini tidak bisa melampaui realisasi periode sebelumnya.

 

Soalnya sekarang semua pada turun, produksi, investasi, dan sebagainya. Ekspor juga, terutama dari manufaktur jenis padat karya karena banyak perusahaan yang hengkang dari Indonesia. Jadi tidak mungkin lebih tinggi,” kata Sofjan kepada Bisnis.

 

Menurutnya, pertumbuhan industri manufaktur bisa lebih tinggi bila kinerja produksi bertambah. Namun kenyataannya, tidak ada penambahan produksi. “Kebanyakan yang saya lihat tetap jauh lebih besar impor daripada ekspor.”

 

Yang sulit dilakukan adalah bagaimana perusahaan atau industri bisa meningatkan produksi apabila ongkos produksi di dalam negeri terus meningkat. Hal ini karena kenaikan bunga yang lebih tinggi, kebijakan pengetatan uang dan kenaikan harga energi.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper