Bisnis.com, JAKARTA—Asian Development Bank (ADB) menyatakan diversifikasi negara tujuan ekspor sangat mendesak bagi Indonesia jika ingin mempertahankan target pertumbuhan ekonomi pada 2014.
Menurut Edimon Ginting, Deputy Country Director ADB untuk Indonesia, 2014 adalah tahun stabilisasi bagi Indonesia, oleh karena itu pihaknya memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2014 sekitar 5,7% dan menjadi 6% pada 2015.
“Dengan tertekannya pertumbuhan ekonomi di China dan Jepang, yang notabenenya termasuk dalam negara-negara utama tujuan ekspor Indonesia, maka kisaran pertumbuhan itu akan tercapai,” kata Edimon di Jakarta pada Selasa (1/4/2014).
Namun, menurutnya, angka ini dihitung dengan perkiraan bahwa pertumbuhan di China sesuai dengan target negara sebesar 7,5%. Jika pertumbuhan ekonomi di China tidak mencapai target, maka dampaknya pertumbuhan ekonomi Indonesia pun akan turun.
Oleh karena itu, menurut Edimon, terdapat dua kunci utama untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi pada 2014 dan tahun-tahun berikutnya, pertama, menggenjot ekspor manufaktur ke negara selain China dan meningkatkan investasi asing ke dalam negeri.
ADB memperkirakan harga barang-barang komoditas yang selama ini menjadi primadona ekspor Indonesia tidak akan naik pada 2014 sehingga pemerintah perlu beralih dengan mendorong ekspor barang manufaktur ke negara selain China.
“Ketika larangan ekspor mineral mentah diberlakukan, Bank Indonesia akhir tahun lalu menaikkan suku bunga acuan, terjadi depresiasi rupiah, maka hal ini secara otomatis akan meningkatkan nilai ekspor barang manufaktur, namun Indonesia tidak boleh bergantung kepada China,” katanya.