Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Agus Marto: Indonesia Siap Hadapi Kebijakan The Fed

Sinyal yang diberikan Gubernur Federal Reserve Janet Yellen membuat negara-negara berkembang semakin mempersiapkan diri untuk menciptakan daya tarik guna mencegah capital outflow.
Agus Marto dan Chatib Basri/Antara
Agus Marto dan Chatib Basri/Antara

Bisnis.com, JAKARTA—Sinyal yang diberikan Gubernur Federal Reserve Janet Yellen membuat negara-negara berkembang semakin mempersiapkan diri untuk menciptakan daya tarik guna mencegah capital outflow.

Gubernur Bank Indonesia Agus D. W.Martowardojo mengatakan setelah 6 bulan tapering maka the Fed akan menaikkan suku bunga acuan dan diperkirakan pada 2015 akan jadi menjadi 1% dan pada 2016 akan menjadi 2,5%. Hal tersebut menunjukkan ekonomi negara maju mulai membaik dan dengan sendirinya Indonesia harus mengantisipasi tersebut.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Agus mengatakan Indonesia harus melaksanakan reformasi struktural dan hal tersebut sudah dilaksanakan selama 5 tahun. “Kami menyadari bahwa reformasi struktural tersebut belum cukup kuat,” ungkapnya, Jumat (21/3/2014).

Dia mengakui belum cukup efektifnya kemajuan reformasi struktural, terlihat saat quantitative easing (program pembelian obligasi) oleh Amerika Serikat dikurangi dan berdampak cukup besar kepada Indonesia.

Agus menekankan kepada pelaku pasar agar tidak panik, karena bank sentral akan menjaga stabilitas perekonomian, tetapi tidak kemudian BI harus masuk dalam setiap ketika ada gejolak, dan akan melakukan intervensi. “Kita akan biarkan pasar ini dapat bergerak dengan sehat,” katanya.

Dalam  kesempatan terpisah, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan saat ini bank sentral akan fokus pada current account deficit dan inflasi.

"BI akan fokus pada 2 hal yakni menurunkan current account defisit, diusahakan menurun jadi 2,5% tahun ini dan inflasi agar bisa di kisaran 4,5% plus minus 1%," tuturnya.

Untuk mewujudkan fokus BI, Mirza mengungkapkan bank sentral akan memaksimalkan kebijakan suku bunga, makroprudential, kebijakan kurs serta mengimbau kalangan perbankan untuk mengendalikan pertumbuhan kredit.

Namun, Mirza tidak menampik ada faktor eksternal yang mempengaruhi perekonomian Indonesia, seperti perekonomian China yang tumbuh hanya di 7,5% dan tahun depan bisa menjadi 7%. Akibatnya, peningkatan ekspor kemungkinan tidak akan terlalu signifikan.

Meskipun demikian, Agus menambahkan pemerintah Indonesia akan terus melakukan reformasi struktural dan menciptakan perekonomian Indonesia yang tumbuh kuat dan seimbang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper