Bisnis.com, JAKARTA- Pelaku usaha industri makanan dan minuman menilai laboratorium yang ada di Indonesia belum memiliki standar yang bisa bersaing dalam masyarakat ekonomi Asean (MEA) pada Desember 2015.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan mengatakan pemerintah Indonesia perlu melakukan koordinasi untuk meningkatkan kualitas laboratorium di Indonesia untuk mendukung MEA 2015. Menurutnya, saat ini laboratorium yang ada di Indoenesia belum mendukung MEA 2015. Hal ini terlihat dari belum ditunjuknya laboratorium Indonesia sebagai laboratorium referensi.
“Kalau Thailand, Vietnam, Singapura, dan Malaysia itu sudah ditunjuk sebagai laboratorium referensi. Ada yang ditunjuk sebagai referensi lab mikrobiologi, pencemaran pestisida, dan analisa lainnya,” kata Adhi usai acara Launching Jejaring Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia (JLPPI) di Jakarta, Rabu (12/3/2014).
Menurutnya, laboratorium referensi sangat dibutuhkan untuk mendukung industri pangan di dalam negeri. Saat ini, baru ada sekitar 111 laboratorium yang terakreditasi di Indonesia dan sebagian besar berada di Pulau Jawa. Padahal, produk pangan tersebar di seluruh Indonesia. Sebab itu, pemerintah harus mengambil peran untuk menangani masalah ini.
“Laboratorium referensi juga diperlukan bila ada dispute antar negara Asean, itu akan mengacunya pada laboratorium referensi, Indonesia negara paling besar di Asean tetapi belum ditunjuk oleh Asean, sekarang kita sedang mengajukan,” tambah dia.
Serambi menunggu penunjukkan laboratorium Indonesia sebagai laboratorium referensi, pemerintah juga mengambil langkah lain. Kepala Badan Pengkajian Iklim dan Mutu Industri (BP KIMI) Kementerian Perindustrian Arryanto Sagala mengatakan industri pangan merupakan salah satu sektor yang akan dipercepat proses integrasinya guna menghadapi pasar tunggal (single market) MEA 2015.
Dalam proses integrasi tersebut, laboratorium pengujian pangan menjadi salah satu komponen penting yang diperlukan. Oleh sebab itu, kelompok kerja Indonesia untuk Asean Consultative Committee on Standards and Quality – Prepared Foodstuff Product Working Group (ACCSQ-PFPWG) yang dikoordinasikan Kementerian Perindustrian dengan beranggotakan berbagai instansi terkait, menginisiasi untuk membentuk Jejaring Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia (JLPPI) atau Indonesia Food Testing Laboratory Network (IFTLN).
Arryanto mengatakan, JLPPI bertujuan memadukan kemampuan seluruh laboratorium pengujian pangan dalam mendukung perdagangan pangan nasional, regional, maupun global. Secara khusus, JLPPI juga bertujuan untuk mendukung kesiapan laboratorium pengujian pangan dalam menghadapi pasar.
Sementara itu, dalam hubungan regional yang lebih luas di kawasan Asean, khususnya dalam kaitannya dengan Ppasar tunggal Asean, JLPPI akan melakukan link dengan jejaring Asean terkait. Misalnya, dengan Asean Reference Laboratories (ARL) dan ASEAN Rapid Alert System for Food and Feed (ARASFF),
“Selanjutnya juga diharapkan agar dalam forum JLPPI dapat terbentuk Laboratorium Acuan Penguji Pangan Nasional yang meliputi sektor-sektor pengujian pangan yang penting terkait Food Safety,” kata dia
Oleh karena itu, untuk meningkatkan keamanan pangan di Indonesia dan dalam rangka persiapan menghadapi pasar bersama ASEAN, diperlukan peningkatan kapasitas dan kualitas laboratorium yang tersebar di seluruh Indonesia.
Menurutnya, perdagangan bebas menuntut adanya penerapan yang adil, dengan sistem yang lebih terbuka tanpa ada tapal-batas. Namun di sisi lain, tiap negara juga memiliki tugas perlindungan terhadap industri pangan dalam negeri masing-masing.
“Maka JLPPI diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam pengembangan industri pangan olahan dalam rangka mensukseskan pasar bersama ASEAN.”
Adhi menambahkan, JLPPI ini merupakan terobosan yang positif untuk mendukung industri pangan di dalam negeri. “Paling tidak, semua bisa saling informasi, lab mana yang bisa melakukan uji sample dan sebagainya,” kata dia.