Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pfizer Ekspansi Pabrik Obat di Indonesia

Perusahaan farmasi asal AS, PT Pfizer Indonesia, berencana memperluas ekspansinya dengan mengucurkan dana hingga US$4 juta.

Bisnis.com, JAKARTA—Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkapkan perusahaan farmasi asal AS, PT Pfizer Indonesia, berencana memperluas usaha dengan mengucurkan dana hingga US$4 juta.

Kepala BKPM Mahendra Siregar mengatakan ekspansi yang dilakukan Pfizer Indonesia kaena besarnya potensi permintaan pasar. Menurutnya, perluasan pabrik yang dilakukan perusahaan AS di Cibinong, Jakarta, itu tergolong besar untuk industri farmasi.

“Kami optimistis realisasi investasi tetap tinggi pada tahun pemilu ini. Hal itu terbukti dari perluasan investasi oleh PT Pfizer Indonesia tersebut. Di samping itu, permohonan investasi kepada kami juga terus berdatangan,” katanya, Kamis (6/3/2014).

Menurutnya, investasi yang masuk dari sektor usaha terlihat mulai beragam, dibandingkan dengan tahun lalu, di mana dominasi investasi berasal dari sektor otomotif. Sektor usaha yang mulai meningkat investasinya, datang dari industri baja.

Sekadar informasi, Pfizer merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar AS. Produknya yang terkenal, antara lain Viagra. Pfizer Indonesia juga tercatat sudah beroperasi di Indonesia sejak 43 tahun yang lalu

Sementara itu, Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis mengatakan Pfizer Indonesia akan memproduksi obat-obatan berupa pil tablet.

“Kami dorong mereka untuk ekspansi mengingat kebutuhan obat-obatan di Indonesia semakin besar seiring adanya jaminan kesehatan melalui BPJS Kesehatan,” ujarnya.

Azhar mengaku sebanyak 80% dari total produksi Pfizer Indonesia untuk kebutuhan dalam negeri. Sisanya, sebanyak 20% diekspor ke berbagai negara, seperti Korsel, Malasyia, Filipina dan negara tetangga lainnya.

Berdasarkan data BKPM, nilai realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) di sektor kimia dan farmasi pada 2013 mencapai US$3,14 miliar, naik 13% dari tahun sebelumnya US$2,7 miliar. Adapun, untuk 2010 tercatat US$793,4 juta, dan US$1,46 miliar pada 2011.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper