Jika melihat data pertumbuhan jumlah armada yang cukup signifikan di pelabuhan tersibuk di Indonesia itu itu,rupanya sulit mementahkan pandangan bisnis pengusaha angkutan pelabuhan yang di katakan Gemilang Tarigan yang juga Dirut PT Bena Mulia yang kini mengoperasikan 30-an armada trailler di pelabuhan Tanjung Priok itu. Yaa…itu tadi, seperti air laut, semakin di minum semakin haus
Jalan Dari Dan Ke Pelabuhan Buruk, Bisnis Angkutan Barang Bergeliat
Bisnis angkutan barang dan peti kemas dari dan ke Pelabuhan Tanjung Priok terus bergeliat kendati kondisi kerusakan infrastruktur jalan di jalur distribusi dari dan menuju pelabuhan tersibuk di Indonesia itu sudah pada titik yang sangat mengenaskan.
Bisnis.com,JAKARTA - Bisnis angkutan barang dan peti kemas dari dan ke Pelabuhan Tanjung Priok terus bergeliat kendati kondisi kerusakan infrastruktur jalan di jalur distribusi dari dan menuju pelabuhan tersibuk di Indonesia itu sudah pada titik yang sangat mengenaskan.
Disisi lain,pengerjaan akses tol langsung pelabuhan Priok atau project jampea section E2- yang bakal terkoneksi dengan jalan tol Jakarta outer ring road (JORR) hingga kini belum juga rampung.
Kian kroditnya kondisi kemacetan di jalur distribusi Priok itu, bahkan kalangan pengusaha angkutan pelabuhan kerap kali menyebutnya sejumlah titik di jalur tersebut sebagai ‘jalur neraka’ karena armada trailer mesti menempuh rata-rata lebih dari empat jam kendati jarak tempuh hanya 2-3 km saja.
Kalangan pengusaha yang tergabung dalam Angkutan Khusus Pelabuhan (Angsuspel) Organda provinsi DKI Jakarta sudah mahfum betul dengan istilah ‘jalur neraka’ itu, yang belakangan ini muncul dari maraknya pengaduan dan keluhan para Sopir trailer ketika melintasi sepanjang titik-titik pada ‘jalur neraka’ tersebut.
Titik kemacetan parah yang dimaksud kerap terjadi selama ini adalah pada empat ruas jalan yakni; Marunda, Cakung Cilincing,Yos Sudarso dan Martadinata. Penyebabnya al; karena besarnya volume kendaraan yang melintas di ruas tersebut ditambah lagi kerusakan jalan yang sangat parah, terutama di jalur Marunda dan Cakung Cilincing.
Jalur Marunda dan Cakung Cilincing selama ini digunakan sebagai perlintasan angkutan barang dan peti kemas untuk kegiatan distribusi dari dan menuju wilayah Bekasi, Karawang, Bandung, Jawa barat dan sekitarnya.
Pada titik jalur ini, mendominasi arus dan volume distribusi barang dari dan ke pelabuhan Tanjung Priok dengan intensitas pergerakan pengangkutan barang dan peti kemas yang tegolong cukup padat.
Apalagi, Jawa Barat dan sekitarnya selama ini merupakan wilayah penopang industri atau hinterland pelabuhan Tanjung Priok dengan mendominasi atau lebih dari 60% kegiatan pengapalan dan bongkar muat. Sisanya hinterland Pelabuhan Priok adalah industri di wilayah Tanggerang dengan akses jalan Martadinata Ancol, serta hinterland industri di Bogor dan sekitarnya yang umumnya melewati akses jalan Yos Sudarso.
Fenomena kemacetan di jalur distribusi Priok juga memunculkan aksi kejahatan yang dilakukan oleh sekelompok bajilo (bajing loncat) yang dulu dikenal dengan sebutan ‘asmoro’ yang cukup meresahkan para Sopir angkutan pelabuhan.
Aksi para ‘asmoro’ itu ditenggarai dilakukan oleh anak-anak belasan tahun atau remaja dengan meminta uang atau barang lainnya dengan menaiki kendaraan trailer yang sedang berhenti karena macet. Aksi itu-pun dilakukan secara memaksa bahkan tak jarang para Sopir trailer yang di ancam, jika tidak menuruti kemauan mereka.
Seorang Sopir Trailler yang mengaku bernama Tasmiji (46 thn) pernah bercerita kepada Bisnis, baru-baru ini, saat dirinya menyambangi kantor DPU Angsuspel Organda DKI Jakarta yang terletak di perkantoran jalan Yos Sudarso Jakarta Utara.
Ketika itu, dia diperintahkan mengurus surat rekomendasi Truck Identification Docukem (TID) dari Organda DKI Jakarta sebagai salah satu persyaratan agar armada trailer bisa melayani atau beroperasi mengangkut barang dan peti kemas di di wilayah kerja pelabuhan Tanjung Priok, termasuk di TPK Koja dan Jakarta International Container Terminal (JICT).
TID merupakan dokumen tunggal berbasis sistem online yang wajib di upgrade oleh perusahaan angkutan pelabuhan karena dengan dokumen tersebut operator terminal peti kemas di Pelabuhan dapat mengetahui dengan nama perusahaan angkutan, termasuk pemilik armada,nomer kendaraan maupun Sopir-nya.
Tasmiji menceritakan, dirinya pernah dipaksa menyerahkan sejumlah uang oleh kelompok ‘asmoro’ saat trailer yang dikemudikannya terjebak kemacetan total hingga berhenti berjam-jam tepatnya di ruas jalan Cakung Cilincing.
“Terpaksa saya turuti mas, kalau nggak muatan yang kita bawa bisa di rusak atau digondol sama mereka,” ujarnya.
Disisi lain, kalangan pengusaha impor di Pelabuhan Tanjung Priok mendesak supaya Pemerintah segera membenahi seluruh jalan yang rusak dan berlubang di sepanjang jalur distribusi pelabuhan Priok yang merupakan akses kegiatan distribusi dari 65% pengapalan ekspor impor dan domestic di tanah air.
“Bila perlu mengerahkan personil TNI untuk menangani kerusakan jalan di jalur distribusi Priok tersebut, sebab saya lihat dibeberap wilayah lain TNI juga sudah dilibatkan,” ujar Sekjen Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (Ginsi) Achmad Ridwan Tento, melalui sambungan telpon hari ini.
Rupanya, keluhan para Sopir trailer di jalur distribusi Pelabuhan Priok tersebut juga mewakili aspirasi pengusaha/pemilik armada trailler,sehingga langsung di respon oleh pengurus DPU Angsuspel Organda DKI Jakarta lewat koordinasi dengan aparat Kepolisian di wilayah Jakarta Utara.
“Kami (Organda) sudah di panggil secara resmi oleh Polres Jakarta Utara baru-baru ini, dan aparat Kepolisian menyatakan akan mengamankan semua titik jalur distribusi dari aksi premanisme tersebut,” ungkap Gemilang Tarigan,
Ketua Dewan Pimpinan Unit (DPU) Angsuspel Organda DKI Jakarta, mengawali perbincangan dengan Bisnis, hari ini, Kamis (13/2) di kantornya.
Dia menyebutkan, hampir seluruh elemen pelaku usaha termasuk forwarder, eksportir dan impor yang berhubungan dengan kegiatan angkutan laut di Pelabuhan Tanjung Priok sudah berteriak mengeluhkan parahnya kondisi kemacetan di jalur distribusi pelabuhan Priok.
Dampak lainnya kemacetan di jalur distribusi itu, juga membuat para Sopir enggan narik dan bekerja, bahkan banyak diantaranya yang beralih profesi dan memilih kembali ke kampung halamannya.
Namun, dibalik semua hambatan yang menghantui bisnis angkutan di Pelabuhan Tanjung Priok saat ini, tidak menyurutkan langkah investasi dan penambahan armada yang dilakukan pengusaha trailer. Bahkan justru sebaliknya, pengusaha angkutan pelabuhan nampak jor-joran menambah armada.
“Semakin macet jalan semakin dibutuhkan banyak truk trailler,karena frekwensi pelayanan di pelabuhan menjadi lambat serta perputaran kegiatan delivery juga lambat dan jumlah armada dirasa sangat kurang oleh pemilik barang. Jadi seperti meminum air laut semakin diminum semakin haus,” tandas Tarigan.
Ungkapan Gemilang Tarigan itu sinkron dengan data terkini DPU Angsuspel Organda DKI Jakarta yang mencatat bahwa selama Januari 2014 saja telah terdapat 12 perusahaan baru angkutan pelabuhan yang menjadi anggota asosiasi itu, dengan penambahan jumlah armada trailer di pelabuhan Priok sebanyak 36 unit terdiri dari armada ukuran 20 kaki sebanyak 35 unit dan ukuran 40 kaki satu unit.
Sedangkan sepanjang tahun 2013, pertumbuhan jumlah armada pengangkut barang dan peti kemas di pelabuhan Priok sebanyak 1.707 unit dimana 839 unit diantaranya merupakan armada baru dengan tahun pembuatan 2013, dan sisanya armada dengan usia kurang dari lima tahun.
Angsuspel Organda DKI juga mencatat, jumlah perusahaan angkutan pelabuhan anggota asosiasi itu s/d 31 desember 2013 sebanyak 627 perusahaan dengan total armada mencapai 11.852 unit atau tumbuh 16,8 % dibanding tahun 2012 yang tercatat sebanyak 10.145 unit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Akhmad Mabrori
Editor : Martin Sihombing
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
54 menit yang lalu
Nasib Cuan Para Pemegang Saham BUMI Miliaran Lembar
1 jam yang lalu