Bisnis.com, JAKARTA - PT Freeport Indonesia menggandeng PT Antam (Persero) Tbk. (ANTM) dalam studi kelayakan proyek pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian tembaga yang diupayakan nilainya lebih rendah dari US$2,2 miliar.
Kerja sama itu tertuang dalam nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) di antara keduanya yang ditandatangani di kantor Antam, Senin (10/2/2014).
Presiden Direktur Freeport Indonesia Rozik B. Soetjipto mengatakan sebelumnya sudah pernah ada prastudi kelayakan (pra-FS/feasibility study) yang dikerjakan oleh Hatch, konsultan engineering asal Kanada.
Berdasarkan pra-FS yang rampung Januari lalu itu, Rozik mengatakan dibutuhkan investasi sebesar US$2,2 miliar untuk pembangunan smelter dan refinery tembaga berkapasitas 300.000 ton tembaga katoda.
“MoU ini untuk lebih mendetailkan pra-FS yang sudah dilakukan sebelumnya. Kami menggandeng Antam karena Antam pengalamannya membangun smelter sudah banyak. Harapan kami nanti investasinya ya bisa lebih rendah dari itu [US$2,2 miliar],” ujar Rozik, Senin (10/2/2014).
Seperti diketahui, sebelumnya Freeport sudah membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian tembaga yakni PT Smelting di Gresik, Jawa Timur sejak 1996. Kepemilikan Freeport di sana sebesar 25%.
Rozik mengatakan studi kelayakan bersama Antam akan berlangsung hingga April 2014. Setelah itu baru bisa diketahui nilai pasti investasi serta lokasi pembangunan smelter. Ada tiga lokasi di Jawa Timur yang sedang dikaji serta satu lokasi di Papua.
“Masalah lokasi, ada beberapa alternatif lokasi di Jatim misalnya yang ke arah Tuban, yang dekat dengan wilayah Petrokimia Gresik. Ini akan diteliti lebih dalam lagi melihat ketersediaan infrastruktur dan ketersediaan energi,” ujarnya.
Dia menegaskan pembangunan smelter ini dilakukan untuk mendukung kebijakan pemerintah terkait hilirisasi tambang mineral, khususnya tembaga.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Antam Tato Miraza menambahkan dari sisi ketersediaan listrik, dibutuhkan setidaknya 75 MW untuk mendukung operasional pabrik peleburan.
“Kalau di Jatim, mungkin PLN bisa memenuhinya karena di sana ada kelebihan beban. Listrik bukan issue dalam hal ini,” ujarnya.
Adapun terkait hilirisasi tambang, saat ini Antam memang sedang mengerjakan sejumlah proyek smelter. Antam sedang melakukan proses commissioning (pengetesan) pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) di Tayan, Kalbar.
Selain itu, Antam juga tengah mengembangkan proyek perluasan pabrik feronikel Pomalaa dan proyek Feronikel Halmahera Timur, serta mengkaji hasil studi kelayakan dan menyeleksi mitra strategis dalam proyek Smelter Grade Alumina (SGA) dan Nickel Pig Iron (NPI).