Bisnis.com, JAKARTA - Ketimpangan pendapatan warga miskin dan warga kaya Indonesia bakal semakin menganga apabila pemerintah tidak mengembangkan sektor industri pertanian secara sistematis.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Alisjahbana mengatakan sektor industri padat karya dalam jangka menengah masih dibutuhkan Indonesia. Dia mengaku sebanyak 35% tenaga kerja berada di sektor pertanian.
“Sektor pertanian perlu di-addres secara sistematis. Tenaga kerja di sektor itu masih 35%. Kita tidak bisa tiba-tiba loncat ke industri yang lebih maju. Kalau dipaksa untuk berubah, ya sudah, kesenjangan pendapatan akan makin besar,” katanya, Jumat (7/2/2014).
Menurutnya, industri yang bersifat labour intensif seperti industri pertanian, jasa, manufaktur itu harus dikembangkan terlebih dahulu. Apalagi, tingkat pendidikan tenaga kerja yang hanya tamat hingga SD mencapai sekitar 50%.
Oleh karena itu, sambungnya, kunci utama pembangunan Indonesia ke depan adalah meningkatakan investasi di sektor sumber daya manusia, kesehatan, ketenagakerjaan dan pendidikan. Apabila ini bisa dilakukan secara bertahap, Indonesia siap keluar dari middle income trap.
“Industri kita memang harus berubah lebih maju lagi. Hanya saja kebanyakan masyarakat kita level skill kita itu rendah. Jadi memang perlu waktu, dan ini kondisi realitas yang ada di negara kita,” ujarnya.
Armida juga mengklaim periode 2015-2019 dan 2020-2025 merupakan periode penting bagi tahapan pembangunan Indonesia. Menurutnya, periode tersebut menjadi penentu Indonesia untuk keluar dari jebakan warga berpenghasilan menengah.
Atasi Ketimpangan Pendapatan, Sektor Pertanian Perlu Dikembangkan
Ketimpangan pendapatan warga miskin dan warga kaya Indonesia bakal semakin menganga apabila pemerintah tidak mengembangkan sektor industri pertanian secara sistematis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Ringkang Gumiwang
Editor : Sepudin Zuhri
Topik
Konten Premium