Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian berharap rencana pembangunan kilang pengolahan minyak kerja sama PT Pertamina (Persero) dengan Kuwait Petroleum Company dan Saudy Aramco Asia Company Limited bisa dilanjutkan.
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan pada awalnya pemerintah merencanakan tiga pembangunan kilang pengolahan minyak yang terintergrasi dengan petrokimia.
Satu kilang menggunakan APBN, dan dua kilang kerja sama dengan investor asing. Namun, hingga saat ini, ketiga rencana tersebut belum ada yang terealisasi.
“Saya bilang tidak mungkin APBN menanggung beban US$9 miliar, ternyata benar, memang tidak bisa. Saya katakan lebih baik investor yang sudah berunding dan melakukan kajian dengan Pertamina dilanjutkan lagi,” kata Hidayat seusai membuka Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2014 di Jakarta, Kamis (6/2/2014).
Menurut Hidayat, pemerintah maupun Pertamina sedang melakukan roadshow ke negara-negara lain untuk mencari investor yang mau membangun kilang di dalam negeri. “Entah mau ke Singapura atau ke negara mana. Menurut saya, 2 investor yang sebelumnya sudah paling capable,” tegasnya.
Menurutnya, kapabilitas investor yang benar-benar niat berinvestasi adalah investor yang berani melakukan penandatanganan kontrak untuk mensuplai minyak mentah ke Indonesia dalam waktu 30 tahun dengan kapasitas 300.000 barel/hari untuk satu kilang. “Kecuali mereka yang proven.”
Begitu juga dengan rencana investasi Lotte Chemical untuk membangun kompleks pabrik petrokimia dengan investasi hingga US$5 miliar.
Hingga kini persoalan lahan yang membayangi belum juga bisa diselesaikan. Padahal, rencana investasi ini sudah cukup lama tertunda. “Mereka tinggal tawar menawar harga, Lotte mintanya sudah satu paket, kalau Krakatau Steel tidak. Ini tinggal rundingan B to B,” jelasnya.
Kompleks industri yang rencananya akan dibangun oleh Lotte Chemical ini akan memproduksi propilena dan etilena yang kemudian diolah menjadi polipropilena, polietilena, butadiena, mono ethylene glycol, mixed C4 dan pygas.