Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahun Politik Picu Pertumbuhan Industri Mamin

Pelaku industri makanan dan minuman memastikan pertumbuhan industri makanan dan minuman tahun ini akan tinggi dipicu masa kampanye pemilihan presiden dan calon anggota legislatif (tahun politik).nn
Pertumbuhan industri makanan dan minuman ni bisa jauh lebih tinggi apabila banyak investasi yang masuk ke wilayah luar Pulau Jawa. /bisnis.com
Pertumbuhan industri makanan dan minuman ni bisa jauh lebih tinggi apabila banyak investasi yang masuk ke wilayah luar Pulau Jawa. /bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri makanan dan minuman memastikan pertumbuhan industri makanan dan minuman tahun ini akan tinggi dipicu masa kampanye pemilihan presiden dan calon anggota legislatif (tahun politik).

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman menargetkan pertumbuhan industri mamin tahun ini menyentuh angka 6%. Padahal, Kementerian Perindustrian memprediksi pertumbuhan industri ini hanya 3,5%-3,8%. Adanya masa kampanye atau tahun politik diprediksi memicu pertumbuhan industri tahun ini.

“Kami memprediksi omzet akan naik 6%, berpatokan pada itu. Investasi banyak masuk soalnya, belum lagi daya saing kita ka juga meningkat dari peringkat 50 ke peringkat 38, meskipun memang masih rendah bila dibandingkan dengan negara Asean lainnya,” kata Adhi dalam Media Briefing Outlook Industri Makanan dan Minuman 2014 di Jakarta, Selasa (21/1/2014).

Sekretaris Jenderal Gapmmi Franky Sibarani mengatakan pola pertumbuhan industri makanan dan minuman sudah terbentuk. Biasanya, pertumbuhan pada triwulan I jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV tahun sebelumnya. Contohnya, pertumbuhan pada triwulan I/2013 minus 12% dibandingkan dengan triwulan IV/2012.

“Untuk tahun ini, kami harap tidak akan sedrastis itu, soalnya Februari dan Maret kampanye akan masif ke semua daerah, permintaan makanan dan minuman akan tinggi. Pola kampanye sekarang akan banyak tatap muka, tidak mungkin permintaan tidak akan naik,” jelas Franky.

Di tahun politik ini, menurut Bank Indonesia, tambahan uang beredar mencapai Rp44 triliun. Adapun sebagian besar atau 50% uang tambahan tersebut akan masuk industri makanan dan minuman.

Ya seperti itu nilainya, kami harap pertumbuhannya memang lebih tinggi. Tahun lalu, pertumbuhan kami sekitar 5%,” kata Franky.

Adhi menambahkan pertumbuhan industri ini bisa jauh lebih tinggi apabila banyak investasi yang masuk ke wilayah luar Pulau Jawa. Saat ini, 58% populasi industri makanan dan minuman berada di Jawa. Menurutnya, tidak banyak investor yang mau masuk ke luar Pulau Jawa dengan alasan infrastruktur.

“Investasi di luar Jawa itu butuh usaha yang tinggi. Pemerintah harus fokus membuat industri prioritas agar bisa diintervensi dari fiskal. Misalnya dengan menyediakan insentif untuk industri produk antara,” kata Adhi.

Selain menargetkan pertumbuhan industri yang cukup tinggi, Adhi juga menyatakan tahun ini akan ada penyesuaian harga produk makanan dan minuman. Adapun kenaikan harga diperkirakan mencapai 10%.

“Banyak kendala tahun ini, terutama pelemahan rupiah, sementara itu bahan baku 70% impor. Kalau harga tidak naik, margin/keuntungan akan tertekan. Kami masih ingin tumbuh.”

Beberapa kendala yang dihadapi tahun ini mulai dari kenaikan upah minimum regional (UMR), kenaikan tarif dasar listrik (TDL), tingginya harga bahan baku, terbatasnya ketersediaan energi, terbatasnya akses pasar dan fasilitas, dan sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Riendy Astria
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper