Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan harga tabung LPG 12 kg hingga 68% pada awal tahun ini memicu keresahan di masyarakat, sehingga pemerintah melalui Kementerian BUMN bersama Pertamina dan Badan Pemerikasa Keuangan (BPK) merevisi besaran kenaikan LPG menjadi Rp1.000/kg.
Heru Cokro, Presiden Junior Chamber International (JCI) Indonesia, menilai permasalahan kenaikan harga LPG itu merupakan dampak terbatasnya sumber daya energi di Indonesia.
"Ketergantungan akan energi berbahan bakar minyak dan gas menjadi pemicu. Padahal salah satu faktor untuk bisa mencapai negara yang berdaulat adalah ketersedian energi," ujarnya dalam keterangan pers di Jakarta, Sabtu (11/1/2014),
Menurut Heru, untuk mencapai ketahanan, kemandirian dan kedaulatan energi, pemerintah seharusnya tidak hanya mengandalkan sumber daya alam berbahan fosil tetapi juga mengembangkan sumber daya alam terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.
"Bagaimana pun, ketergantungan akan energi yang bersumber dari fosil akan membuat Indonesia akan mengalami krisis energi pada masa mendatang. Pengembangan sumber daya energi terbarukan harus dilakukan segera. Eksploitasi sumber daya alam dari fosil bisa saja habis dalam kurun waktu 20 tahun mendatang. Jika tidak, maka kita akan mengalami krisis energi," katanya.
Data Kementerian ESDM menjelaskan Indonesia mempunyai potensi energi terbarukan yang cukup besar. Potensi energi air untuk mikro dan mini hidro sebesar 450 MW, energi matahari sebesar 4,80 kWH/m2/hari, energi angin 3--6 m/s, cadangan panas bumi mencapai angka potensi mencapai 27 Gwe.
Namun hingga saat ini pengelolaannya masih belum maksimal. Dari dari 27 GWe potensi energi panas bumi, baru sekitar tiga persen atau 807 MWe yang dapat dikonversikan menjadi listrik.
Heru mengatakan Indonesia dianugrahi kekayaan alam yang sangat melimpah yang mampu diubah menjadi sumber energi. Sumber daya alam yang melimpah inilah yang harus dimanfaatkan dengan baik sehingga ketergantungan akan energi dari sumber daya alam berbahan fosil dapat dikurangi.
Perairan Indonesia yang sangat luas dapat menghasilkan energi dari laut (ocean energy). Energi gelombang atau pemanfaatan pasang surut air laut dan energi panas air laut (ocean thermal energy)--yang berasal dari panas yang tersimpan dalam air laut dapat digunakan untuk membangkitkan energi listrik. Selain itu, potensi angin di Indonesia juga cukup besar. Dengan menggunakan turbin angin potensi alam ini mampu menghasilkan listrik.
Bahkan, cangkang sawit yang sekarang belum dimanfaatkan secara maksimal, dapat dijadikan energi biomassa. Kotoran ternak pun dapat dijadikan bio gas untuk memasak dan menghasilkan listrik. "Dengan banyaknya energi terbarukan ini rasanya Indonesia tak perlu lagi khawatir mengalami krisis energi," katanya.
Heru melanjutkan sumber energi terbarukan tersebut jika digarap dengan serius makan dapat memenuhi kebutuhan energi di Indonesia. Indonesia tidak perlu lagi bergantung kepada asing untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. "Jika itu terjadi, maka ketahanan, kemandirian dan kedaulatan energi yang diimpikan dapat tercapai," demikian Heru Cokro.