Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan remitansi tenaga kerja Indonesia (TKI) pada 2013 sebesar US$1,29 miliar menjadi US$7,4 belum mampu menjadi penutup andalan untuk mengatasi defisit neraca transaksi berjalan.
Ekonom Universitas Indonesia (UI) Telisa Aulia Falianty mengatakan tren remitansi memang selalu menunjukkan surplus, tapi dalam jangka pendek perannya dalam menutupi defisit neraca transaksi berjalan belum terlihat.
“Defisitnya lumayan besar, sedangkan remitansi walaupun surplus juga tidak begitu besar. Apalagi sebagian besar TKI yang dikirim ke luar negeri tidak memiliki kemampuan yang mencukupi, alhasil upahnya juga tidak bisa mendongkrak komponen transfer berjalan,”ungkapnya pada Bisnis, Rabu (8/1/2013).
Hal tersebut tentunya berbeda jika dibandingkan dengan kondisi tenaga kerja Filipina yang sebagian besar memiliki kemampuan sesuai standar internasional, tidak lagi bertumpu pada sektor domestik layaknya TKI.
Kondisi tersebut, sambungnya, mampu menopang neraca pembayaran Filipina tetap menunjukkan kinerja positif ditengah situasi politik yang dihadapi pemerintah Filipina.
Selain itu, dia menambahkan jika pemerintah memang memiliki komitmen yang kuat untuk meningkatkan standar kemampuan TKI, bukan tidak mungkin dalam jangka panjang remitansi TKI mampu menjadi solusi andalan untuk menyeimbangkan kinerja neraca transaksi berjalan.
“Remitansi terus ditingkatkan dengan perbaikan kualiatas TKI kita, misalnya perbaikan kualiats bahasa dan kemampuan. Semua itu bisa dilakukan asalkan impor migas juga harus terus diturunkan,”imbuhnya.
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal III/2013 sebesar 8,4 miliar atau setara dengan 3,8% dari produk domestik bruto (PDB.
BI juga baru-baru ini meyakini defisit neraca transaksi berjalan kuartal IV/2013 diperkirakan menyempit hingga 3% dari (PDB).
Remitansi TKI
Tahun | Jumlah |
2009 | US$6,62 miliar |
2010 | US$6,69 miliar |
2011 | US$7,02 miliar |
2012 | US$6,11 miliar |
2013 | US$7,4 miliar |