Bisnis.com, JAKARTA - PT Indosmelting berencana mengambil pasokan konsentrat tembaga dari pemegang izin usaha pertambangan (IUP) apabila PT Freeport Indonesia membangun smelter sendiri.
Berdasarkan catatan Bisnis, Freeport sedang melakukan studi dengan pihak ketiga terkait dengan pembangunan smelter. Hal ini membuat Indosmelting khawatir soal minimnya pasokan konsentrat tembaga untuk diolah.
Direktur Utama Indosmelting Natsir Mansyur mengatakan tidak mengkhawatirkan soal pasokan konsentrat dari PT Newmont Nusa Tenggara. Namun, dia mengakui khawatir tidak memdapat pasokan dari Freeport.
"Ibaratnya dengan Newmont kami sudah kawin, tetapi dengan Freeport kami baru tukar cincin," katanya, Selasa (7/1/2014).
Menurutnya, Indosmelting telah memiliki skenario apabila Freeport memilih jalan sendiri, yakni mengambil pasokan dari para pemegang IUP di Sulawesi.
Dia mengatakan dari total 30 IUP di daerah itu, cadangan konsentrat tembaga mencapai 2 miliar ton.
Selain itu, bahan baku lebih murah apabila dibandingkan dengan hatga konsentrat dari Freeport. Sayang, Natsir enggan merinci berapa harga bahan itu.
Dia menargetkan bulan depan akan mulai commisioning. Hanya saja, keputusan untuk seperti PT Aneka Tambang (Antam) yakni mengambil pasokan dari IUP baru dilakukan bila sudah ada keputusan Freeport hingga 12 Januari 2014.
Pasalnya, menurutnya, bahan baku dari Freeport dan dari IUP di Sulawesi berbeda. "Kalau sudah ada keputusan, nanti kita ubah tungkunya," katanya. Menurutnya, pihaknya saat ini telah menggolontorkan dana hingga $3 juta untuk pembangunan smelter ini.
Di sisi lain, dia menilai konsentrat boleh diekspor, karena sudah mengalami proses pengolahan. Hanya saja, jelasnya, yang jadi permasalahan sekarang adalah ada ketidaksesuaian soal kadar pemurnian konsentrat. Para pemegang IUP meminta 15%, Freeport sudah 30%, maunya pemerintah 99%. “Ini yang sedang dibahas,” ujarnya.
Sementara itu, Asosiasi Metalurgi dan Mineral Indonesia (AMMI) menilai kebijakan pembatasan dan pelarangan ekspor bijih mineral bukan untuk menghentikan usaha pertambangan.
Ketua Umum AMMI Ryad Chairil mengatakan negara berpotensi akan kehilangan pendapatan negara dari ekspor bijih mineral, tapi hanya sementara dan dapat diganti dari potensi nilai tambah yang muncul. “Kami mengajak semua pihak untuk membangun industry logam yang kokoh.”