Bisnis.com, JAKARTA – Himpunan Pengusaha Muda Indonesia menilai kenaikan harga gas elpiji 12 kg berpotensi menurunkan daya saing pengusaha pemula IKM dan UKM, khususnya di sektor kuliner.
Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Raja Sapta Oktohari mengatakan saat ini saja para pelaku usaha sudah dibebani dengan kenaikan harga listrik, BBM, dan upah pegawai. Padahal, dari sisi legalitas, akses keuangan dan pasar saat ini belum terpenuhi.
Apalagi sebentar lagi Indonesia akan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean sehingga perlu adanya keberpihakan semua stakeholder untuk mendongkrak daya saing para pengusaha pemula, pelaku IKM, dan UKM.
“Kita sedang mempersiapkan Asean Economy Community (AEC), sekarang kalau elpiji tiba-tiba dinaikan tanpa sosialisasi, dan arahnya hanya untuk usaha (elpiji 12 kg] artinya dimana keberpihakan untuk dunia usaha. Bisa-bisa ini malah akan semakin menurunkan daya saing kita,” ucapnya kepada Bisnis, Senin (6/1/2014).
Dia juga tidak bisa menerima alasan yang diberikan pihak Pertamina menaikan secara tiba-tiba harga gas elpiji tersebut. Sebab, sambungnya, jika untuk mencegah spekulasi harga seharusnya Pertamina tidak lantas melepas harga pada mekanisme pasar.
Walaupun demikian, Hipmi memahami bahwa sebagai perseroan terbatas, Pertamina harga tetap untung. Oleh karena itulah, dia meminta pemerintah dapat lebih dominan dan secara tegas mengintervensi kebijakan harga tersebut.
“Elpiji ini menyangkut hajat hidup orang banyak, sehingga pengaturan subsidinya harus jelas. Pemerintah disini harus lebih dominan peranannya.”