Bisnis.com, JAKARTA – Para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) mengaku semakin terpukul dengan kenaikan harga gas elpiji 12 kg yang mencapai lebih dari 60%.
Ari Oni, Pemilik Mi Jawara mengatakan kenaikan harga jual gas elpiji 12 kg yang kini mencapai Rp140.00 per tabung, tentu saja akan meningkatkan biaya produksi yang pada akhirnya menggerus margin usaha.
“Setidak-tidaknya untuk laba kotor bisa berkurang sekitar 5% hingga 10% dari saat ini 40%, tentu saja itu akan berdampak pada laba bersih [net profit],” ucapnya dihubungi Bisnis.com, Senin (6/1/2014).
Apalagi, sambungnya, ditengah melemahnya daya beli masyarakat, alternatif menaikan harga jual sulit untuk dilaksanakan.
“Dengan naiknya harga tabung gas 12 kg ini, rumah makan dan kuliner yang menggunakan gas untuk masak banyak yang terpukul. Tapi kami juga tidak bisa mengambil opsi menaikan harga jual karena bisa-bisa para pelanggan akan lari.,” tuturnya.
Oleh karena itulah, Ari yang menjual mie sehat sayuran ini lebih memilih menaikan volume penjualan dari sekitar 50 mangkok menjadi 100 mangkok dengan menggencarkan promosi sehingga gerai yang dimilikinya semakin ramai, selain itu juga aktif mengikuti berbagai bazaar kuliner.
Dia berharap pemerintah dapat sesegera mungkin menstabilkan kembali harga gas elpiji ini sehingga dia tidak perlu menaikan harga jual. “Saat ini kami masih berusaha meningkatkan penjualan sambil menunggu kepastian pemerintah.”
Akan tetapi bila cara tersebut tidak bisa menutupi biaya operasional dan biaya produksi yang membengkak, mau tidak mau dia terpaksa meningkatkan harga jual sekitar Rp.1000 hingga Rp1.500 per porsi.
“Di pasar kan kalau sudah ada satu yang naik biasnaya yang lain akan ikut naik. Kami akan lihat terus, kalau masih bisa menutupi, kami tetap tidak naikan harga. Tapi kalau dalam waktu sebulan ini sudah tidak bisa, bulan depan bisa jadi akan ada kenaikan harga.”
Yeni Supartini, pemilik Siomay Perintis juga mengkhawatirkan adanya penurunan laba usaha dengan lonjakan harga gas yang cukup signifikan ini.. Untuk itu, dia pun memutar otak agar bisnis yang dijalankannya tidak terganggu.
Antara lain meningkatkan penjualan dengan gencar berpomosi. Selain itu, Yeni yang juga menjual siomaynya melalui jalur online ini akan mempercantik tampilan packaging sehinga masyarakat semakin tertarik dengan siomaynya tanpa mempermasalahkan harga.
“Kami juga melakukan efisiensi pemakaian gas agar lebih hemat, atau subsidi silang dari bahan-bahan baku lainnya tetapi kami tetap menjaga kualitas, paling ukurannya saja yang dibuat ada yang lebih mini.”