Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menegaskan keputusan untuk menaikkan harga elpiji kemasan tabung 12 kg sudah melalui koordinasi dengan pemerintah.
Hal itu dikemukakan Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, saat mendampingi direksi Pertamina mengikuti rapat terbatas bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Minggu (5/1/2014).
"Pasti lah ya. Semua sudah dilakukan sesuai prosedur dan sudah dikomunikasikan," katanya.
Mulai 1 Januari 2014, Pertamina menaikkan harga elpiji kemasan tabung 12 kg sebesar 68% atau sekitar Rp3.959 per kg.
Saat tiba di tangan konsumen, harga elpiji kemasan tabung 12 kg mencapai lebih dari Rp100.000. Di Balikpapan, harga elpiji kemasan tabung 12 kg bahkan mencapai Rp126.600 sehingga menimbulkan kecemasan.
Ali mengatakan Pertamina tetap menggelontorkan pasokan elpiji kemasan tabung 12 kg dan kemasan tabung 3 kg untuk meredam keresahan di masyarakat.
Menurut dia, hingga saat ini stok gas elpiji di masyarakat masih mencukupi. Ia mengklaim tidak ada laporan soal kelangkaan dan penimbunan yang dilakukan masyarakat menyusul kenaikan harga.
"Kalau laporan-laporan, sebetulnya suasananya kondusif di semua daerah. Kalau ada penimbunan, nanti akan kami adakan operasi bersama. Kami monitor terus selama 24 jam. Ada satgas Pertamina," katanya.
Adapun, lanjutnya, stok elpiji kemasan tabung 3 kg saat ini mencapai 4,7 juta ton. Dia tidak menjawab saat ditanya tentang target yang sudah dibuat perseroan.
Ali mengakui harga elpiji di Indonesia Bagian Timur seperti Papua jauh lebih tinggi dibandingkan harga elpiji di Pulau Jawa karena persoalan infrastruktur.
"Dengan bisnis elpiji yang masih rugi ini, maka kemampuan Pertamina dalam membangun infrastruktur untuk pengisian bagi saudara-saudara kita di wilayah Indonesia bagian timur juga tidak ada," katanya.