Bisnis.com, JAKARTA— Produksi tebu yang menurun karena kemarau basah tahun ini membuat pemangku kepentingan gamang memandang 2014. Pemerintah dan petani pesimistis jika target swasembada gula tahun depan bisa tercapai.
Tak hanya produksi, kemarau basah juga membuat kualitas tebu menjadi turun karena ketika digiling, rendemen tidak mencapai target. Akibatnya, harga gula tahun ini turun signifikan dibandingkan periode yang sama pada 2012. Persoalan ini yang pada akhirnya membuat petani menjadi pesimis menghadapi masa panen berikutnya.
“Petani mengalami kerugian karena harga gula hancur. Ini menyebabkan semangat petani melemah,” kata Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil kepada Bisnis, Rabu (11/12/2013).
Selain dihancurkan oleh kemarau basah, Arum melanjutkan, carut-marut gula terkait pengelolaan pemerintah dalam rantai supply-demand dengan membiarkan gula untuk konsumsi industri atau gula rafinasi yang bocor di pasaran umum. Dia mengatakan sampai bulan terakhir ini, sedikitnya 3 juta ton gula rafinasi yang masuk ke Indonesia.
Jika kebocoran gula rafinasi tidak diatasi, kata Arum, swasembada gula nasional hanya tidak akan pernah terealisasi.