Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah memperkirakan infasi 2013 berpotensi di level 8,2%--8,3%, atau di bawah estimasi sebelumnya 8,5% seiring pergerakan harga pangan yang relatif terkendali di akhir tahun.
“Awalnya prediksi inflasi 2013 itu di atas 9%, kemudian menjadi sekitar 8,5%. Namun setelah melihat laju inflasi September—November, mudah-mudahan di kisaran 8,2%-8,3%,” ujar Wakil Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro, Kamis (5/12).
Dari proyeksi inflasi di kisaran tersebut, dia juga memperkirakan proyeksi inflasi pada tahun depan akan dibawah 5%, atau lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi awal inflasi 2014 sebesar 5,5%, meskipun tidak dibantu oleh kebijakan tambahan lainnya.
Pemerintah sebelumnya memperkirakan inflasi 2013 berpotensi di level 8,5% atau di bawah estimasi sebelumnya 9,2%. “Kuncinya November ini. Kalau inflasinya kecil, inflasi dibawah 8,5% akan sangat mungkin,” ujar Bambang.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik, inflasi November 2013 tercatat naik 0,12%, atau lebih besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 0,07%. Kenaikan tersebut didorong dari kenaikan inflasi inti yang mencapai 0,2% akibat dampak dari depresiasi rupiah.
Inflasi inti tersebut juga memiliki andil 0,12% atau menyamai sumbangan dari komponen harga diatur pemerintah (administered price) dan harga bergejolak (volatile goods). Andil ini naik dari kontribusi terhadap inflasi November 2012 yang hanya 0,09%.
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Tabungan Negara A. Prasetyantoko mengatakan kisaran inflasi yang diproyeksikan pemerintah cukup realistis, meskipun laju inflasi Desember akan lebih besar dari November 2013.
“Ini kan tinggal nunggu realisasi inflasi Desember, dan menurut saya juga tidak akan terlalu tinggi, tapi pasti lebih tinggi dari November. Kenaikannya pun tidak akan sampai 1%, paling 0,5%-0,7%. Jadi inflasi hingga akhir tahun di bawah 8,5%,” katanya.
Menurutnya, kenaikan inflasi Desember akan didorong dari meningkatnya konsumsi masyarakat terutama dari bahan pangan seiring dengan momen libur seperti Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah perlu menjaga volatilitas dari harga pangan.
Prasetyantoko juga berpendapat dampak dari depresiasi rupiah terhadap inflasi belum terlalu signifikan. Menurutnya, hal itu terlihat dari angka inflasi November 2013 yang berada dibawah perkiraan sebelumnya.
“Artinya dampak depresiasi rupiah belum signifikan mempengaruhi inflasi. Akhir tahun, saya kira inflasi hanya akan terdorong dari pergerakan harga pangan dan komponen harga diatur pemerintah,” tuturnya.