Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah menggenjot produksi biji kakao menjadi 1 juta ton pada 2014, pada tahun ini diperkirakan sekitar 900.000 ton.
Daerah yang menyumbang paling banyak adalah seluruh provinsi di Pulau Sulawesi yang menguasai 60%-65% dari total jumlah itu. Sulawesi Selatan menjadi juara dengan produksi 198.662 ton, disusul Sulawesi Tengah sejumlah 168.401 ton, dan Sulawesi Tenggara di angka 154.229 ton.
Sisanya tersebar merata di seluruh provinsi di Indonesia kecuali DKI Jakarta, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Selatan yang hanya memproduksi sangat sedikit atau tidak sama sekali.
“Kami akan genjot terus produktivitas tanaman ini. Targetnya bisa 1 ton per ha,” kata Dirjen Perkebunan Kemeterian Pertanian Gamal Nasir kepada Bisnis, (4/12/2013).
Ditjen Perkebunan Kementan mencatat pada 2013 tingkat produktivitas kakao di Indonesia masih berada di posisi 820 kg per ha. Adapun luas areal tanaman kakao 1,7 juta hektare yang tersebar nyaris di seluruh Indonesia.
Gamal melanjutkan Kementan telah melakukan upaya untuk mendorong naiknya produktivitas kakao, yakni dengan memberikan bantuan bibit yang telah dilakukan selama 3 tahun berturut-turut.
Dengan jumlah produksi yang hampir mendekati 1 juta ton, lanjut Gamal, Indonesia masih menjadi produsen terbesar di Asia dan nomer 3 di seluruh dunia, hanya kalah dari Pantai Gading dan Ghana.
Konsumsi Cokelat
Sementara di waktu yang berbeda, Job Leuning, Head of Cocoa and Chocolate for the Asia Pacific Region PT Cargill menyatakan, tahun-tahun depan tingkat konsumsi coklat di regional Asia akan naik secara signifikan. Dia memaparkan kenaikan konsumsi tersebut telah terjadi setidaknya selama satu dasawarsa terakhir.
Job menjelaskan kenaikan tersebut salah satunya disebabkan oleh menggemuknya jumlah profesional dan kelas menengah di Asia. Selain itu, katanya, negara seperti China dan India mengalami lonjakan kenaikan permintaan sehingga menjadi pasar paling besar di seluruh dunia.
Selain industri hilir seperti coklat kemasan atau susu, lanjutnya, industri pengolahan coklat juga terus membesar karena tren ini. Industri pengolahan coklat, tambah Job, mengalami pelipatgandaan sejak 1999 dan akan terus mengalami kenaikan sebesar 5,4% selama 2013.
Bloomberg memprediksi kalau pada 2014, jumlah uang yang dikeluarkan oleh semua orang di Asia untuk membeli coklat adalah sejumlah US$7,3 miliar, naik dari tahun sebelumnya yang hanya US$7 miliar.
Dengan dasar kondisi di atas, Job mengatakan, PT Cargill akan membuka pabrik pengolahan di Gresik, Jawa Timur, pada pertengahan 2014.