Bisnis.com, BANGKOK - Thailand, eksportir beras terbesar dunia, akan mencatat lonjakan 17% dalam stok ke rekor pada 2014 karena menerapkan kebijakan membeli dari petani di atas harga pasar, kata Organisasi Pangan & Pertanian.
Pemerintah Thaiand telah meningkatkan upaya sejak Juli untuk membuang persediaan itu, bahkan bingung untuk ruang penyimpanan dan menggalang dana, badan PBB itu mengatakan dalam laporan kuartalannya di pasar global.
Cadangan , yang digambarkan sebagai "besar " masih akan naik menjadi 20,4 juta metrik ton pada 2014, bahkan ekspor akan kembali meningkat 26% menjadi 8,5 juta ton.
Pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra , yang menangkis demonstrasi dengan kekerasan di Bangkok minggu ini oleh pengunjuk rasa untuk menggulingkannya, memulai program pembelian beras pada 2011.
Kebijakan dengan dana US$ 21 miliar itu dirancang untuk meningkatkan pendapatan pedesaan, mendorong penumpukan stok rekor sebagai produksi naik, sedangkan ekspor turun . Dana Moneter Internasional mengatakan bulan lalu program itu harus diganti, peringatan yang tidak berubah itu akan menganggu kepercayaan atas keuangan publik.
"Pemerintah Thailand terus menghadapi tekanan yang signifikan atas implikasi keuangan dari kebijakan dukungan harga tinggi," kata FAO. Sejauh ini ada upaya memperbarui kebijakan untuk mengurangi pasokan dari lumbung publik guna mengamankan dana agar program berkelanjutan.
Harga beras Thai rusak 5%, yang menjadi patokan di Asia , jatuh 23% menjadi US$450 per ton tahun ini, membantu untuk memotong biaya pangan global. Harga beras mungkin akan mendapat tekanan ke bawah akibat pemerintah Thailand mencoba untuk mengurangi stok dan kenaikan pasokan global, kata FAO.