Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Melambung, Tambang Emas Martabe Sulit Raup Untung

Nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah yang terus melambung dan sempat menyentuh Rp12.000. Kondisi ini mengakibatkan tambang emas Martabe milik G-Resources Group Ltd. sulit meraup keuntungan.

Bisnis.com, PARAPAT - Nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah yang terus melambung dan sempat menyentuh Rp12.000. Kondisi ini mengakibatkan tambang emas Martabe milik G-Resources Group Ltd. sulit meraup keuntungan.

Tambang emas Martabe harus melakukan pengetatan anggaran pengeluaran dan memotong berbagai biaya yang tidak terkait langsung dengan proses produksi. Perusahaan tambang yang tercatat di bursa saham Hong Kong ini bahkan harus memotong biaya eksplorasi hingga 50% dari anggaran semula.

Katarina Siburian Hardono, Senior Manager Komunikasi Korporat Tambang Emas Martabe, mengatakan efisiensi anggaran harus dilakukan terutama pada biaya-biaya non-esensial dan tidak terkait langsung dengan produksi tambang. 

"Total anggaran eksplorasi dipotong hampir 50%, tahun ini kami hanya akan menggelontorkan sekitar US$10 juta untuk eksplorasi," ungkapnya kepada Bisnis, Minggu (1/12/2013).

Penurunan aktivitas eksplorasi dinilai dapat menunda proses penemuan cadangan tambang baru. Saat ini, Tambang Emas Martabe telah menemukan 6 titik potensial di area seluas 30 km persegi dengan total umur tambang mencapai 15 tahun.

Titik Purnama menjadi salah satu cadangan dengan umur terpanjang mencapai 9-10 tahun. Namun, titik-titik potensial lainnya belum dilakukan identifikasi mendalam melalui proses eksplorasi.

Tambang Emas Martabe juga melakukan efisiensi pada penggunaan material yang dianggap tidak berpengaruh pada kapasitas produksi seperti penggunaan listrik dan air di camp karyawan. Karyawan disarankan untuk menggunakan air dan listrik seminimal mungkin. Pasalnya, pengeluaran bagi kedua hal itu cukup besar.

"Tapi kami tidak menyentuh wilayah yang nyatanya hanya memotong biaya skala minor. Kami hanya mengurangi biaya yang besar-besar," paparnya.

Adapun biaya tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dipastikan tidak akan berkurang sebab dana tersebut telah diatur oleh pemerintah. 

Perseroan juga memastikan tidak akan mengurangi jumlah karyawan. Hanya saja, pada semester I/2013 sempat mengerem perekrutan karyawan baru akibat masih memantau tren harga emas dan nilai tukar rupiah.


Dia optimistis target produksi sepanjang tahun ini dapat dicapai oleh Tambang Emas Martabe. Capaian produksi yang telah lebih dari 209.000 ounce emas dan 1 juta ounce perak hanya kurang sedikit dari target yang ditetapkan.

Terlebih pada semester I/2013, sambungnya, Tambang Emas Martabe telah meraup pendapatan sebesar US$119,5 juta dari penjualan 82.845 ounce emas dan 453.614 ounce perak. Biaya produksi juga telah berhasil ditekan menjadi US$397 per ounce dari sebelumnya US$510 per ounce.

"Laba bersih semester I/2013 mencapai US$29,28 juta yang telah dipotong royalti. Dari keuntungan itu, sebesar 5% untuk Pemda dan 40% dari keuntungan Pemda digunakan bagi pembangunan 15 desa disekitar tambang," jelasnya.

Dia berharap pemerintah dapat mengendalikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Selain dapat berpengaruh pada margin keuntungan, pelemahan rupiah juga dinilai dapat berdampak bagi kehidupan masyarakat.

Dosen Pertambangan Institut Teknologi Bandung (ITB) Ridho Kresna Wattimena mengatakan perusahaan tambang khususnya emas harus dapat menghemat biaya produksi saat menghadapi pelemahan rupiah dan harga emas.

Perusahaan-perusahaan tambang emas harus dapat beroperasi secara lebih efisien. Biaya-biaya untuk bahan bakar dan eksplorasi harus ditekan agar margin keuntungan dapat dicapai sesuai target yang telah ditetapkan.

"Penghematan biaya eksplorasi pasti harus berhenti eksplorasi. Pasti akan tertunda penemuan cadangan baru, tapi kalau harga sudah kembali normal, mereka harus mencari cadangan baru lagi," tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper