Bisnis.com, JAKARTA - Dominasi asing di sektor jasa logistik memunculkan kekhawatiran bagi pelaku usaha seiring semakin dekatnya momentum Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015.
Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Iskandar Zulkarnain mengungkapkan penetrasi asing terutama di sektor usaha pelayaran mencapai 70%-80%, sehingga momentum MEA 2015 dikahawatirkan memukul pengusaha logistik lokal.
“Apalagi potensi tumbuhnya sektor logistik cukup besar. Untuk saat ini saja, perputaran uang di sektor ini [logistik] berkisar Rp300 triliun per tahun,” ujarnya, Jumat (22/11/2013).
Banyaknya pelaku usaha asing yang bermain di sektor tersebut, menurutnya berpotensi semakin menekan defisit neraca jasa, sehingga pemerintah harus mengeluarkan strategi khusus untuk memperkuat fondasi pemain logistik lokal.
Bank Indonesia (BI) mencatat defisit transaksi berjalan pada kuartal III/2013 sebanyak US$8,45 miliar atau 3,8% dari produk domestik bruto (PDB), turun dari kuartal II/2013 yaitu US$9,9 miliar atau 4,4% dari PDB.
Selain itu, perbaikan neraca jasa hanya menurun tipis dari US$3,12 miliar pada kuartal II/2013 menjadi US$2,61 miliar pada kuartal III/2013.
Dia mencontohkan penguatan tersebut bisa dilakukan di bidang pendidikan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, permodalan, dan kemampuan mental perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis logistik di Indonesia.
Penguatan di sektor internal, sambungnya, dirasa cukup penting karena lebih bersifat investasi jangka panjang sedangkan penguatan di sektor eksternal misalnya infrastruktur (jalan, pelabuhan, bandara udara) lebih lama terealisasi.
Terkait dengan kontribusi pemerintah dalam peningkatan kuantitas infrastruktur melalui program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), dia menilai realisasinya masih jauh dari harapan, salah satunya karena terhambat oleh pembebasan lahan.
Selain infrastruktur, hambatan lain yang akan dihadapi oleh pelaku usaha di sektor logistic adalah revisi daftar negatif investasi (DNI) yang memnungkinkan semakin leluasanya pihak asing di sektor tersebut.
“Tahun depan [2014] adalah transisi menuju MEA 2015, kalau revisi dni memungkinkan pembukaan untuk swasta asing hingga 100%, maka pelaku lokal akan terpukul,” ucapnya.