Bisnis.com, JAKARTA--Pengaliran gas dari Sumur Benggala-01 di Sumatra Utara masih menunggu penyelesaian perjanjian jual beli gas (PJBG) antara PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dengan PT Pertamina EP.
Agus Amperianto, manajer humas Pertamina EP, mengatakan perseroan siap memasok gas ke PLN setelah pembahasan PJBG selesai.
Saat ini, sumur gas itu telah berproduksi dan memasok 2,5 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd) untuk PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
“Tidak benar kalau disebut gas dari Sumur Benggala belum bisa dialirkan ke pembangkit milik PLN, karena masih mengandung banyak air. Kami sudah memasok gas ke PGN dengan PJBG yang sudah ada,” katanya, Kamis (14/11/2013).
Sumur Benggala-01 direncanakan memproduksi 4,5 MMscfd, dan 2,5 MMscfd diantaranya dialirkan kepada PGN, sedangkan 2 MMscfd sisanya dialirkan untuk pembangkit listrik milik PLN.
Secara terpisah, Kepala Divisi Bahan Bakar Minyak dan Gas PLN Suryadi Mardjoeki mengatakan pihaknya belum dapat menyepakati harga gas Benggala yang diajukan Pertamina EP. Anak usaha PT Pertamina (Persero) meminta US$8,3 per juta British termal unit (million British thermal unit/MMBtu).
“Saya meminta ada analisa keekonomian lapangan gas itu, termasuk cost recovery yang akan diajukan,” katanya.
Analisa keekonomian dan cost recovery lapangan gas juga diminta PLN saat proses negosiasi harga gas dengan Medco Energi.
Menurutnya, hingga kini gas dari Sumur Benggala-01 terindikasi masih mengandung air, sehingga berpotensi merusak pembangkit listrik milik PLN.
Gas itu rencananya akan digunakan oleh pembangkit dengan kapasitas 2 X 4 MW yang disewa PLN dari Salamander Energy.
Sumur Benggala-01 sebenarnya bisa memasok gas hingga 10 MMscfd, tetapi Pertamina EP berencana hanya akan mengalirkan gas sebesar 4,5 MMscfd. Hal itu dilakukan agar pasokan gas bisa bertahan lebih lama.
Pasokan dari lapangan itu sebenarnya belum dapat menutup kebutuhan gas di Medan, karena saat ini kebutuhan gas untuk industri di wilayah itu mencapai 22 MMscfd, dan kelistrikan mencapai 105 MMscfd. Saat ini, hanya gas dari Lapangan Pangkalan Susu yang memasok 7 MMscfd untuk wilayah itu.
Produksi dari sumur itu sempat mundur dari jadwal yang telah ditetapkan, karena ada persoalan di reservoir. Saat itu, tekanan gas dari Sumur Benggala-01 mengalami penurunan dibandingkan awal ketika sumur baru selesai dibor, sehingga gas tidak dapat mengalir.
Selain itu, sumur itu juga sempat mengalami penyumbatan, sehingga perusahaan harus melakukan kerik selubung di sepanjang lubang bor. Pertamina EP juga harus memasukkan tubin pelubangan pelubangan ulang (reperforasi) sumur itu.
Pelubangan ulang itu dilakukan untuk memastikan fluida mengalir ke lubang sumur, sehingga gas dapat diproduksi kembali oleh perusahaan. (ra)