Bisnis.com, JAKARTA-- Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memperkirakan dalam kurun 5 hingga 10 tahun ke depan, penjualan ritel di Indonesia tidak lagi mengandalkan toko offline tetapi telah berkembang secara online.
Ketua Aprindo Pudjianto mengatakan saat ini sudah ada beberapa peritel modern yang mulai mendisplay produknya secara online tetapi masih sangat minim, kontribusinya pun masih di bawah 1%.
Namun, dengan semakin tingginya harga sewa toko serta meningkatnya jumlah pengguna internet di Indonesia, membuat pasar online semakin prospektif bagi para peritel modern, khususnya yang menjual produk fast-moving consumer goods.
"Mendisplay produk secara online akan menekan beban operasional, tetapi kita juga masih mengandalkan offline sehingga terjadi integrasi antara online dan offline untuk memperbesar pasar tetapi menekan cost," ucapnya di sela konfrensi pers EuroShop, Selasa (12/11/2013).
Dia menuturkan pergerakan industri ritel di tanah air memang sangat dinamis. Misalnya, pada era 70 an yang berkembang pasar tradisional. Masuk tahun 80 an ketika Hero merambah ke Indonesia, penjualan ritel modern dalam bentuk supermarket mulai dikenal.
Pada era 90 an ketika kebutuhan masyarakat terhadap berbagai produk dalam satu tempat mulai bertambah, muncul lah ritel-ritel hypermarket. Dengan luasan yang terbilang besar, dan sulitnya mencari lokasi, ekspansi hypermart mulai menurun, masuk lah ritel mini market pada tahun 2000 an.
Apalagi dengan lokasi mini market yang berada di dekat pemukiman, semakin memudahkan masyarakat yang ingin berbelanja. 2010 ke atas, ritel mulai berkembang menjadi convenience store, yang dipelopori oleh Seven Eleven.
"Sekitar 5 hingga 10 tahun ke depan, bisa saja yang berkembang justru store without store. Konsumen bisa berbelanja tanpa harus datang ke toko, apalagi untuk jenis produk consumer goods yang sudah diketahui bentuk dan rasanya," ujarnya.