Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan patungan Indonesia-China memproduksi turbin uap perdana dengan tingkat komponen lokal sebesar 30% untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
Turbin uap pertama tersebut diproduksi oleh PT Taka Turbotechnology Indonesia yang merupakan perusahaan patungan antara PT Taka Indonesia (70% saham) dengan perusahaan China, Xi'an Shaan Gu Steam Turbine Co Ltd (30% saham). Investasi perusahaan patungan itu mencapai US$10 juta.
Perusahaan itu meresmikan produksi turbin uap perdananya dengan kapasitas empat MW, Sabtu (26/10) di Bandung, Jawa Barat. Turbin uap itu merupakan pesanan PT Zug Industry Indonesia untuk dipasang pada proyek PT Sawit Putra Riau.
"Kami kerjakan 18 hari lebih awal dari waktu yang dijanjikan yaitu 1 tahun," kata Chairman Grup Taka Denny Andri melalui keterangan persnya di Jakarta, Minggu (27/10/2013).
Pihaknya menargetkan dalam 5 tahun ke depan bisa membuat 20 unit turbin uap dengan kapasitas sampai 35 MW dalam satu tahun, dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sebesar 50%.
Saat ini, perusahaan turbin yang berbasis di Bandung, Jawa Barat itu, baru mampu memproduksi satu turbin uap berkapasitas 15 MW dengan TKDN 30%. Sebagian besar bahan baku turbin yaitu baja, masih diimpor.
"Kami harapkan ke depannya ada industri baja yang memenuhi kebutuhan bahan baku. Kalau ada, TKDN produk kami bisa 100%," ujarnya.
Tahun 2014-2017, dia menargetkan bisa memproduksi turbin uap berkapasitas lebih besar hingga 25 MW dengan TKDN 40%. Kemudian pada 2018 ditargetkan produksi mesin uap dengan kapasitas lebih besar lagi yaitu 35 MW dengan TKDN 50%.
Perusahaan itu juga berencana membidik pasar turbin uap internasional. Turbin uap, kata dia bisa dipakai untuk proyek perkebunan, pertanian, pembangkit listrik, dan kebutuhan industri lainnya.
PT Taka Turbotechnology Indonesia mengelola pabrik di atas lahan 7.000 m2 dan mempekerjakan 200 karyawan. Selama ini perusahaan itu bergerak di bidang perbaikan turbin dan turbomachinery.