Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

2015, Defisit Transaksi Berjalan Diprediksi Hanya 2%

Bank Indonesia memproyeksi defisit transaksi berjalan menyempit menjadi 2% pada 2015 setelah mencapai 4,4% pada kuartal II/2013 terhadap produk domestik bruto.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo/Bisnis Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo/Bisnis Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia memproyeksi defisit transaksi berjalan menyempit menjadi 2% pada 2015 setelah mencapai 4,4% pada kuartal II/2013  terhadap produk domestik bruto.

Gubernur BI Agus Martowardojo memperkirakan defisit transaksi berjalan tahun ini masih di atas 3%, antara lain karena tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

“Tahun 2014, kami ingin current account deficit di bawah 3%, lalu 2015 bisa 2%,” katanya seusai rapat Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) di Kementerian Keuangan, akhir pekan  (18/10/2013).

Sempat menembus Rp11.600 per dolar AS pada September, nilai tukar rupiah pekan lalu bergerak ke kisaran Rp11.300 per dolar AS menurut Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR).

Agus menuturkan pergerakan nilai tukar rupiah kini relatif stabil. Bank sentral mencatat rupiah terdepresiasi 15%-16% selama 10 bulan terakhir (year to date).

Menanggapi hal ini, Menteri Keuangan M.Chatib Basri mengatakan pemerintah bertekad memperbaiki infrastruktur dan iklim investasi agar kapasitas produksi di dalam negeri meningkat.

Menurutnya, peningkatan kapasitas produksi di dalam negeri selama ini terganjal infrastruktur yang buruk dan biaya logistik yang tinggi, padahal permintaan terus meningkat.

Jika kebutuhan barang modal dan bahan baku mampu dipenuhi dari pasokan domestik, defisit transaksi berjalan tidak mustahil menyempit menjadi 2% terhadap PDB.

Dengan demikian, Indonesia dapat menekan impor tanpa harus mengorbankan pertumbuhan ekonomi.

Seperti diketahui, investasi dan konsumsi tahun ini sengaja direm melalui beberapa kebijakan, misalnya penaikan BI rate, dengan maksud mengurangi defisit transaksi berjalan yang sempat menimbulkan sentimen negatif terhadap rupiah.

Pemerintah Agustus lalu mengoreksi target pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 2013 dari 6,9% menjadi 5,3%.

Imbasnya, target pertumbuhan ekonomi pun dipangkas dari 6,3% menjadi 5,9% dengan risiko perlambatan penciptaan lapangan kerja dan angka kemiskinan meningkat.

“Dalam jangka menengah-panjang, kita tidak bisa hanya demand management seperti ini, tapi suplainya harus diperbaiki melalui efisiensi dan produktivitas. Makanya, aturan DNI (daftar negatif investasi) direvisi, perizinan dipermudah,” jelas Chatib.

Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu optimistis pertumbuhan ekonomi kembali ke kisaran 6% pada 2015 dengan defisit transaksi berjalan yang lebih baik di level 2%.

Jika pertumbuhan ekonomi naik, maka kesempatan kerja meningkat, angka pengangguran turun dan angka kemiskinan berkurang.

Tabel Skenario Defisit Transaksi Berjalan

Tahun

Defisit Transaksi Berjalan (%)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

2013

>3

5,5-5,9

2014

<3

5,8-6,1

2015

2

>6

Sumber: Kemenkeu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sri Mas Sari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper