Bisnis.com, JAKARTA - Rencana menikah tahun depan, membuat pasangan ini tak dapat menikmati indahnya pacaran. Mereka disibukkan dengan rutinas menjelang hari bahagia. Hal terpenting yang tak luput dari perhatian mereka adalah mempersiapkan papan untuk tinggal.
Muhammad Fahmi (25 tahun) dan Ririn Permatasari (24 tahun) telah membeli rumah di kompleks perumahan Cianjur dengan sistem Kredit Kepemilikan Rumah (KPR). Rumah dengan tipe 36 menjadi pilhan pasangan tersebut yang keduanya berprofesi sebagai pegawai bank.
“Saya sebelumnya komunikasi dengan calon saya, memang mantap untuk memilih rumah yang sesuai bujet, tak perlu besar-besar yang penting pas untuk penempatan ruang-ruang yang kami anggap bermanfaat,” kata Fahmi saat dihubungi Bisnis belum lama ini.
Mereka juga sudah mempertimbangkan jika kelak mereka punya anak, menurutnya, ruang yang dikhususkan untuk bayi itu tidak terlalu penting, bayi akan satu kamar dengan orang tua. Dengan begitu, terdapat penghematan ruang.
Ahmad Djuhara, arsitek dari Djuhara+Djuhara, mengatakan tren rumah sekarang sudah berbeda dengan tren rumah Indonesia 30 tahun yang lalu.
Pada saat itu rumah besar alias gedongan adalah segalanya dan menjadi kebanggaan tersendiri. Rumah dengan latar halaman yang amat besar, plafon atap rumah yang begitu tinggi dan ruang-ruang yang amat banyak bahkan ada ruang yang sengaja tak diisi dengan perabot yang dijadiakan ruang bermain atau sekedar kosong begitu saja.
“Dengan mengusung House Vision Indonesia atau rumah masa depan Indonesia, tren sekarang yang populer adalah compact house,” katanya kepada Bisnis.
Rumah merupakan uang dan ruang. Bagaiman dengan bujet minimal tetapi penggunaan ruang yang maksimal.
Compact house yang sering disebut dengan istilah rumah terpadu memiliki tujuan meminimalisasi ruang dengan skala prioritas ruang mana yang dibutuhkan dan mana yang tidak.
Ruang yang menjadi prioritas antara lain, ruang tidur, ruang bekerja dan dapur/ ruang makan. Pemanfaaatan ruang tamu diapandang tidak begitu penting lagi. Rata-rata keluarga hanya menerima tamu 25 kali per tahun, mungkin kurang.
Hidup di perkotaan menuntut orang untuk bertemu teman, kerabat atau klien di tempat makan seperti mall dan tempat nongkrong lainnya, bukan di ruang tamu rumah.
“Compact house ini memang ditujukan untuk satu hingga dua orang. Pengantin baru dan para pekerja yang disibukkan dengan rutinitas pekerjaan saat menyenangi tipe rumah macam ini,” katanya.
Rumah macam ini merupakan terobosan baru di dunia properti, tambahnya, inti dari pemanfaatan ruang disini adalah bagaimana melengkapi ruang dengan perlengkapan rumah tangga.
“Dengan model papan tinggal yang praktis dan minimalis, jangan beli barang-barang yang tak berguna dan berlebihan, karena nantinya 60%--70% barang di rumah akan menjadi barang kadaluarsa alias tak terpakai lagi.
Dia menambahkan jika budaya membawa “tempat publik” ke rumah pun mulai berkurang, seperti membangun ruang khusus untuk salon, home theatre dan ruang karaoke. Disamping bujet listrik yang akan sangat membengkak, orang juga butuk rekreasi ke luar rumah.