Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cadangan Devisa Meningkat, Sinyal Positif bagi Pasar

Bisnis.com, JAKARTA--Peningkatan cadangan devisa menjadi US$95,7 miliar pada akhir September 2013 menjadi sinyal positif bagi pasar Indonesia dan persepsi investor asing.

Bisnis.com, JAKARTA--Peningkatan cadangan devisa menjadi US$95,7 miliar pada akhir September 2013 menjadi sinyal positif bagi pasar Indonesia dan persepsi investor asing.

Destry Damayanti, Kepala Ekonom Bank Mandiri, mengatakan peningkatan cadangan devisa dipengaruhi berkurangnya tekanan terhadap impor.

“Ini merupakan sinyal positif bagi pasar Indonesia,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (7/10/2013).

Selain itu, tuturnya, peningkatan cadangan devisa juga disebabkan oleh pemasukan dari emisi suku global sebesar US$1,5 miliar. “Selain itu instrumen forein exchange swap yang dikeluarkan oleh BI terbukti berhasil menyerap likuiditas Dolar di pasar,” tuturnya.

Cadangan devisa Indonesia pada akhir September mencapai US$95,67 miliar, meningkat US$2,68 miliar dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat US$92,99 miliar, seiring membaiknya neraca perdagangan.

Difi A. Johansyah, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), mengatakan posisi cadangan devisa tersebut setara dengan 5,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

“Jika hanya dibandingkan dengan impor, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan 5,4 bulan pembayaran impor,” ujarnya.

Menurutnya, kenaikan jumlah cadangan devisa tidak terlepas dari langkah penguatan bauran kebijakan BI dalam menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah.

“Serta koordinasi kebijakan dengan pemerintah untuk menurunkan defisit transaksi berjalan,” ujarnya.

Dia menambahkan keyakinan pasar valuta asing domestik semakin kuat dengan penawaran dan permintaan mata uang asing yang semakin aktif dan berimbang dalam membentuk pergerakan nilai tukar Rupiah.

“Selain itu, kenaikan cadangan devisa didukung oleh langkah pemerintah menerbitkan obligasi syariah negara dalam valuta asing sebagai salah satu pembiayaan defisit fiskal,” ujarnya. (Antara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper