Bisnis.com, JAKARTA—Peningkatan biaya logistik yang terjadi selama beberapa tahun ini dinilai dampak kenaikan tarif pelabuhan yang terus meningkat.
Ketua Umum Indonesian National Shipowner Association (INSA) Carmelita Hartoto mengatakan peningkatan tarif tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas pengelola pelabuhan.
“Tidak mengherankan kalau biaya logistik pengapalan mengalami kenaikan. Pengelola pelabuhan hanya memikirkan tarif untuk mengganti investasi alat,” kata Carmelita kepada Bisnis, Minggu (29/9/2013).
Dia menilai tarif pelabuhan di Tanah Air lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Namun, pihaknya tidak bisa menjelaskan tingginya angka tersebut karena setiap tujuan pengapalan ke setiap pelabuhan di berbagai negara mempunyai biaya yang berbeda.
Carmelita berpendapat seharusnya pengelola pelabuhan meningkatkan jumlah volume pengapalan untuk mencapai target pendapatan, bukan hanya mengandalkan tarif. Dampaknya tarif akan selalu mengalami kenaikan.
Dia melanjutkan pelabuhan di Indonesia juga masih terdapat berbagai hambatan selain tarif pelabuhan antara lain jumlah kontainer kapal yang dilayani dan waktu tunggu kapal. Setiap jam, pelabuhan di Indonesia hanya mampu membongkar 25 kontainer, sedangkan Malaysia bisa sampai 40 kontainer.
Adapun, waktu tunggu kapal yang lama juga menjadikan jumlah trip kapal semakin berkurang. Saat ini, pelabuhan Tanjung Priok hanya bisa melayani satu trip dari beberapa tahun sebelumnya mencapai tiga trip.
Terlebih, imbuhnya, sampai saat ini jasa pengiriman barang masih didominasi oleh perusahaan asing hingga 90% dibandingkan dengan milik dalam negeri.
Pihaknya mengusulkan pengelola pelabuhan bisa meningkatkan produktivitas pelayanan kapal dan menambah alat-alat yang modern. Pemerintah diharapkan juga bisa segera membenahi infrastruktur pelabuhan untuk meningkatkan pertumbuhan logistik.