Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan pengusaha angkutan logistik meminta pemerintah untuk mengeluarkan regulasi desain kendaraan untuk menekan kelebihan muatan (overload) sebagai bagian dari revitalisasi armada truk angkutan pelabuhan.
Gemilang Tarigan, Ketua Angkutan Khusus Pelabuhan (Angsuspel) Organda, mengemukakan desain kendaraan angkutan logistik sudah saatnya menjadi salah satu fokus pemerintah agar kecenderungan overload armada tidak membuat biaya logistik semakin membengkak.
"Pemerintah harusnya memperhatikan persoalan ini, bagaimana desain armada agar bisa lebih efesien tanpa ada overload. Karena selama ini, jika ada yang seperti itu [overload armada] justru pengusaha logistik yang disalahkan," ujarnya di sela-sela pertemuan Forum Logistik Indonesia, Sabtu (28/9/2013).
Padahal, kata Gemilang, pengusaha angkutan logistik mengikuti permintaan pemilik barang yang akan dimuat, namun tanggung jawab overload selalu dibebankan kepada pengangkut.
Kondisi tersebut, lanjutnya, justru memicu peningkatan ongkos logistik yang diperparah dengan adanya pungutan liar kepada armada yang overload.
"Selain itu, infrastruktur jalan juga mesti segera dibenahi seiring dengan volume truk angkutan yang terus meningkat. Dan yang paling penting penguatan regulasi logistik maupun desain armada yang lebih efesien," kata Gemilang.
Dia melanjutkan insentif fiskal untuk kegiatan revitalisasi armada juga dibutuhkan pelaku usaha angkutan logistik pelabuhan mengingat peningkatan biaya operasional karena usia truk yang hampir sebagian besar tergolong tua.
Gemilang mencontohkan, angkutan truk di Pelabuhan Tanjung Priok yang hampir 60% telah beroperasi 15 tahun hingga 25 tahun.
"Ada banyak hal yang mesti dilakukan pemerintah untuk mendukung efesiensi logistik darat. Regulasi, kapasitas jalan, insetif revitalisasi dan desain armada," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Konsultan dan Ahli Rancang Bangun Armada Transportasi Hartono Gani menjelaskan desain kendaraan yang tidak tepat dinilai menjadi salah satu faktor yang membuat biaya logistik di Indonesia tergolong tinggi.
"Desain yang terkesan amburadul itu sehingga armada logistik terkhusus angkutan truk sering mengalami overload," katanya.
Selain desain, katanya, armada khususnya di darat juga terbilang kurang produktif a. l karena waktu operasional yang belum optimal serta boros BBM.
Hartono juga menyoroti sistem transportasi nasional, di mana beberapa peraturan dengan mudah dilanggar akibat kurangnya pengawasan seperti overload dan uji KIR.
"Sistem [logistik] kita juga kadang memaksa angkutan atau armada terpaksa overload, diantaranya karena antrean kegiatan loading dan unloading yang lama dan diperburuk pembatasan jam operasional," ucap Hartono.