Bisnis.com, BATAM – Ketua Umum Kadin Indonesia Suryo Bambang Sulisto menilai kemerosotan ekonomi negara belum sedalam yang pernah terjadi pada 1998 dan 2008 dengan melihatnya dari sejumlah indikator.
Dalam acara Silaturahmi dan Diskusi Nasional bertema Kesiapan Indonesia Menuju ASEAN Free Trade Area dan Satu Komunitas ASEAN 2015 yang digelar di Batam, Kepulauan Riau, Sabtu (21/9/2013), Suryo mengatakan saat ini Indonesia sedang menghadapi tantangan yang tidak mudah.
Menurut dia, pertumbuhan ekonomi tidak mungkin bisa diharapkan seperti tahun-tahun yang lalu.”Pemerintah pun sudah meng-adjust ke bawah, tidak lagi di atas 6%, dan sekarang sudah sekitar 5,5%,” sambungnya.
Kemudian nilai tukar Rupiah melemah. Meskipun itu salah satunya dipengaruhi faktor eksternal mengingat mata uang negara-negara lain di dunia pun ikut mengalami pelemahan atas Dolar AS.
“Kemudian kita juga ketahui inflasi meningkat. Defisit neraca transaksi berjalan juga mencapai level yang cukup alarming,” kata dia.
Kondisi itu terjadi akibat defisit perdagangan karena ekspor melemah, sedangkan impor meningkat. Hasilnya, cadangan devisa menurun.
Selain itu, tanda-tanda investasi, baik yang langsung maupun tidak, menurutnya juga mulai melemah.
“Namun kalau kita bandingkan dengan krisis ekonomi yang lalu lalu, tahun 98, tahun 2008, posisi Indonesia masih lebih baik. Tahun 98 itu betul-betul pukulan yang luar biasa,” ujarnya.
Dia menilai saat ini kondisi ekonomi masih lebih baik karena sektor perbankan jauh lebih sehat dibandingkan pada 1998.
Kemudian jumlah utang juga tidak separah pada 1998 dan 2008, baik yang dialami pihak swasta maupun pemerintah.
“Meskipun tidak boleh kita anggap sepele, tetapi kita harus optimis bahwa kita bisa melampaui masa-masa krisis ini,” sambungnya.
Disamping itu, lanjut dia, Indonesia juga beruntung masih menjadi negara yang diminati untuk menjadi tujuan investasi asing.
Hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya kunjungan kepala negara atau delegasi-delegasi bisnis dari bangsa lain.
“Ini saja, dalam beberapa minggu ke depan ini beberapa kepala negara sudah minta untuk menjadi state guest, tamu negara. Yang saya tahu India, Tingkok kemudian Korea. Mereka ingin bertemu dengan pengusaha-pengusaha Indonesia,” ujarnya.