Bisnis.com, JAKARTA - PT Solo Manufaktur Kreasi, produsen mobil nasional Esemka, menargetkan bisa ikut program mobil murah dan hemat energi dalam 1-2 tahun mendatang.
Pasalnya, hingga saat ini PT SMK masih mengejar target pemenuhan komponen lokal 85%, seperti yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui program low cost and green car.
Public Relation PT SMK Sabar Budi menerangkan SMK sedang mempersiapkan beberapa kelengkapan guna mengikuti program mobil murah dan hemat energi. Sejak diwacanakan program mobil murah dan hemat energi 3 tahun lalu, SMK beberapa kali berkoordinasi dengan group SMK di daerah lain untuk siap terlibat.
“Jadi produk PT SMK baru bisa terlibat pada satu atau dua tahun mendatang,” ungkapnya saat dihubungi, Senin (16/9/2013).
Kandungan komponen lokal SMK baru 60%, sehingga masih perlu melengkapi komponen lokal 25% lagi. Komposisi komponen lokal itu berupa unit pelengkap mesin yang masih harus didatangkan dari Jerman, Austria, dan China.
Namun, SMK segera bisa memproduksi kebutuhannya di dalam negeri karena beberapa siswa SMK sedang belajar di negara produsen otomotif tersebut.
Sementara itu, komponen lokal yang disematkan dalam produk Esemka berupa chasis dan kaca mobil produksi Magelang, knalpot dan piranti kecil dari Purbalingga, dan mesin dari Tegal.
Budi menambahkan jika telah memenuhi persyaratan pemerintah, SMK akan menciptakan produk dengan kapasitas mesin di bawah 1.500 cc dan menyasar segmen low MPV.
Alasannya, mobil Esemka akan menyasar wilayah pedesaan sehingga mendukung mobilitas masyarakat dalam usaha pertanian dan perdagangan.
Sabar mengharapkan pemerintah berpihak pada industri mobil lokal yang sedang bertumbuh.“Kita berharap keberpihakan ke mobil nasional lebih besar. Dengan demikian, industri yang lahir dari swadaya siswa SMK ini bisa terus berkembang,” ungkapnya.
Penguatan Struktur
Praktisi senior otomotif Suhari Sargo menegaskan pemerintah harus fokus memberdayakan potensi nasional, seperti penguatan struktur industri agar mobil nasional tidak terlalu berharap pada komponen impor.
Dia mengatakan pabrik baja seperti Krakatau Steel dan Inalum harus di dorong untuk menghasilkan baja khusus sebagai bahan utama pembuatan mobil murah. “Jika diberdayakan maka kita tidak tergantung,” ujarnya.
Menurutnya, Jepang sebagai negara yang kuat dalam industri otomotif dulu juga mengalami hal yang sama. Namun, sejak dikembangkannya industri baja khusus otomotif dalam negeri yang besar maka Jepang mampu mengatasi dominasi yang selama ini dikuasai oleh Rusia.
Selain itu, sambungnya, insentif besar terhadap sumber daya manusia Indonesia harus di dorong agar para tekhnisi yang selama ini bekerja diluar negeri bisa kembali ke Indonesia untuk membangun mobil nasional yang saat ini sedang bertumbuh.