Bisnis.com, JAKARTA— Perajin tahu tempe Jakarta mempekerjakan kembali karyawan yang sempat diberhentikan akibat lonjakan harga bahan baku kedelai, meski belum merasakan dampak signifikan atas stabilisasi harga yang dilakukan pemerintah.
Situasi tersebut dikemukakan Menteri Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan saat mengunjungi perajin tahu dan tempe di kawasan Utan Kayu, Jakarta Timur. Sebelumnya perajin di kawasan itu banyak merumahkan karyawannya.
”Saat terjadi lonjakan harga kedelai, saya ke sini dan mendapatkan 50% karyawan dirumahkan. Meski harga kedelai saat ini masih tinggi, Rp9.500 per kilogram, saya senang atas sikap pemilik industri tahu tempe tersebut,” katanya kepada wartawan, Jumat (13/9/2013).
Pemerintah, katanya telah membuat kebijakan untuk menstabilkan harga kedelai yang sempat melonjak. Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakopti) sepakat menjual kedelai di wilayah itu seharga Rp8.400 ditambah ongkos kirim Rp150 per kilogram.
Sjarifuddin Hasan juga mendorong Gakopti untuk mendapat izin melakukan impor kedelai, karena merupakan salah satu institusi terkait untuk menjual kedelai dengan harga khusus kepada perajin di Jakarta.
Menteri Koperasi dan UKM sempat meninjau beberapa kawasan perajin tahu tempe lainnya di Jakarta, dan besok, Sabtu (14/9/2013) melanjutkan peninjauan ke Semarang, Jawa Tengah. Dia berharap instansi yang dipimpinnya bisa menjadi penghubung kepentingan perajin dengan importir tempe.
Dengan demikian bisa menstabilkan harga kedelai di pasar nasional, sehingga tidak ada lagi perajin yang melakukan mogok produksi.
Di tempat sama, perajin tahu tempe belum merasakan dampak signifikan atas upaya pemerintah melakukan stabilisasi harga kedelai. Sebab, harganya masih melambung dengan di atas Rp9.500 per kilogram.
”Kami belum merasakan dampak stabilisasi harga kedelai yang dilaksanakan pemerintah. Sebab, harga yang kami beli saat ini masih tergolong tinggi,” kata Benny Hasyim, salah satu perajin tahu tempe di Utan Kayu.
Pemerintah menjanjikan penurunan harga kedelai hingga minimal pada angka Rp8.500 per kilogram, ternyata masih wacana. Sebab, belum ada penurunan harga kedelai dengan harga jual Rp9.500 per kilogram.
Kenaikannya hingga mencapai Rp9.500 dan sempat di atas Rp9.500 memberatkan perajin. Tingkat produksi tahu dan tempe secara sistematis menurun hingga 20%. Jumlah produksi masih terbatas sekeitar 200 kilogram per hari, atau senilai sekitar Rp2 juta. (ltc)