BISNIS.COM, KUDUS – Kedelai lokal di wilayah Kudus sejak dua pekan terakhir mulai langka di pasaran, perajin tahu dan tempe mulai resah akibat tidak ada pasokan dari daerah penghasil kedelai.
Ketua Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma’ruf mengatakan sebelumnya, stok kedelai lokal masih tersedia dengan jumlah terbatas, karena daerah yang panen kini juga terbatas.
Sejumlah daerah yang menjadi pemasok kedelai lokal untuk wilayah Kudus, mencakup Kabupaten Grobogan dan Purworejo, Lamongan dan Madura serta Bali. Bahkan diperkirakan stok kedelai lokal akan mengalami kekosongan hingga satu belan ke depan.
“Pada Juni 2013, ada beberapa daerah yang dimungkinkan melakukan panen kedelai, seperti di Kabupaten Grobogan,” ujarnya Kamis. (2/5/013)
Saat ini, lanjutnya, pengrajin tahu dan tempe masih bisa mendapatkan kedelai impor, meskipun harga jualnya cukup fluktuatif.
Harga jual kedelai impor sekitar Rp7.100 per kilogram dari harga jual sebelumnya Rp7.000/kg.
Selama empat bulan terakhir, harga jual kedelai impor terendah hanya Rp7.000/kg. Idealnya, harga jual kedelai impor berkisar Rp6.800 hingga Rp6.900/kg.
Dengan adanya rencana kenaikan harga jual bahan bakar minyak (BBM), dia memastikan harga jual kedelai impor akan mengalami kenaikan.
Harga jual kedelai impor yang cukup fluktuatif, diantisipasi dengan menyediakan stok kedelai sesuai kebutuhan pengrajin tahu dan tempe selama tiga hari.
“Jika terlalu banyak stok, dikhawatirkan akan mengalami kerugian cukup besar,” tuturnya.
Stok kedelai impor yang tersedia saat ini mencapai 60 ton. Adapun kebutuhan kedelai di Kabupaten Kudus, berkisar 15–20 ton per hari dengan jumlah pengusaha tahu dan tempe mencapai 300-an pengusaha. (Antara/dot)