Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Terpuruk Tak Perlu Panik, Ini Alasan Wamendag

Bisnis.com, JAKARTA—Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menilai depresiasi rupiah yang terjadi selama Agustus tidak perlu terlalu dikhawatirkan oleh pelaku usaha. 

Bisnis.com, JAKARTA—Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menilai depresiasi rupiah yang terjadi selama Agustus tidak perlu terlalu dikhawatirkan oleh pelaku usaha. 

Menurut Bayu, perkembangan terkait depresiasi rupiah memang perlu diwaspadai, tetapi tidak perlu panik sebab perekonomian Indonesia cukup lentur untuk menghadapinya.

“[Depresiasi] ini tidak bisa dipungkuri akan ada imbasnya ke inflasi. Namun, belum waktunya kami memberikan perkiraan inflasinya karena tingkat ketidakpastian masih tinggi,” kata Bayu, Jumat (30/8/2013).

Dia memaparkan ada tiga alasan yang meyakinkan bahwa Indonesia tdak perlu terlalu khawatir menghadapi depresiasi rupiah ini. Pertama, perekonomian Tanah Air sebagian besar ditopang oleh pasar domestik. 

Perbandingannya sekitar 70% pasar domestik, dan 30% pasar yang berhubungan dengan global. Jadi, dampak langsung depresiasi rupiah ini hanya mempengaruhi 30% perekonomian Indonesia. 

Kedua, lanjutnya, depresiasi rupiah ini membuat sebagian perekonomian pelaku usaha di luar Jawa semakin bergeliat, terutama yang mengekspor komoditas seperti karet, kakao, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan bahan tambang.

Bayu menilai pendapatan mereka yang bertambah saat dikonversikan ke rupiah bisa berputar kembali untuk meningkatkan konsumsi domestik. Meskipun, bagi industri yang menggunakan bahan baku impor yang berada di wilayah Jawa terkena dampak pelemahan rupiah ini.

Pihaknya optimistis permasalahan ini bisa terkendali apabila langkah kebijakan pemerintah yang akan dilakukan sudah mulai terealisasi. Tidak ada kebijakan khusus dari Otoritas Perdagangan karena paket kebijakan yang telah ditetapkan sangat fundamental.

Bayu menegaskan paket kebijakan pemerintah sudah menjawab permasalahan utama, maka implementasinya harus dituntaskan dan jangan beralih membuat kebijakan lain. 

Dia menjelaskan dampak dari kebijakan tersebut mungkin tidak akan langsung mempengaruhi produksi, tetapi bisa menarik minat investasi. Dampak tersebut bisa menambah capital inflow sehingga berpotensi memperbaiki neraca pembayaran secara keseluruhan.

“Saya kira dampak yang ditimbulkan dari depresiasi rupiah ini masih akan terukur. Namun, tingkat ketidakpastian yang tinggi ini menjadikan kita harus selalu alert dan [kebijakan] yang sudah direncanakan harus betul-betul dilaksanakan,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper