Bisnis.com, JAKARTA—Manajemen PT Garuda Indonesia Tbk masih mengevaluasi dampak terdepresiasinya mata uang rupiah atas dolar AS terhadap penyesuaian harga tiket penerbangan dari BUMN aviasi itu.
“Kami masih evaluasi yah, ini kan masih baru [lemahnya mata uang]. Tapi selama ini pergerakan nilai tukar memang berdampak terhadap biaya operasional, penyesuaian pasti ada tapi saat ini masih evaluasi,” kata Direktur Pemasaran dan Penjualan Garuda Indonesia Frederik Johannes ‘Erik’ Meijer di Jakarta, Rabu (28/8/2013).
Dia menjelaskan nilai mata uang rupiah yang melemah hingga sempat Rp11.000 per dolar AS sebetulnya berdampak pada dua sisi baik dan buruk. Dampak baiknya karena sebagian pendapatan perseroan juga berasal dari dolar AS melalui penjualan tiket di luar negeri sehingga apresiasi dolar AS mendorong pendapatan kurs.
Namun di satu sisi, depresiasi rupiah terhadap dolar AS itu juga buruk lantaran sebagian besar biaya juga menggunakan mata uang Amerika itu terutama bahan bakar.
Pihaknya berharap nilai tukar itu bisa stabil sehingga tidak ada penyesuaian untuk menutupi biaya operasional dari bahan bakar itu meskipun fluktuasi nilai tukar belum bisa diprediksi. “Kami evaluasi dulu yah, ini kan masih fluktuatif jadi masih naik turun belum stabil."
“