Bisnis.com, JAKARTA—Defisit transaksi berjalan pada semester kedua tahun ini dinilai akan lebih rendah dibandingkan dengan defisit transaksi berjalan kuartal II/2013 sebesar 4,4% seiring melemahnya nilai tukar rupiah.
Destry Damayanti, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah diyakini akan menghambat laju impor, sehingga mengurangi defisit dari neraca perdagangan.
“Secara teoritis, depresiasi rupiah akan menahan keinginan impor. Dari kondisi terakhir, kami perkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal II/2013 di level 3,1%-3,2%, sedangkan pada kuartal IV/2013 bisa di bawah 3%,” tuturnya, saat dihubungi, Minggu (25/08/2013).
Dia menambahkan berkurangnya defisit transaksi berjalan tidak serta merta menguatkan nilai tukar rupiah. Menurutnya, harus ada sentimen positif dari data-data ekonomi lainnya misalnya inflasi, neraca perdagangan dan cadangan devisa.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan kondisi pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat seperti China dan India, sehingga berdampak terhadap kinerja ekspor dari komoditas utama Indonesia.
“Saya melihat tren, dan diharapkan defisit transaksi berjalan dapat membaik pada kuartal ketiga atau semester kedua ini,” katanya.
Dia menjelaskan defisit transaksi berjalan pada kuartal IV/2012 sempat di atas 3% dari produk domestik bruto (PDB), namun membaik pada kuartal I/2013 di level 2,6% dari PDB kita, dan kembali memburuk ke level 4,4% dari PDB pada kuartal II/2013.
Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah akan terus mencari pasar ekspor baru, memperluas pasar domestik, memperbaiki neraca minyak dan gas (migas) dalam negeri guna memperbaiki kondisi neraca transaksi berjalan dalam negeri.
“Tidak kalah penting, defisit itu kami kurangi, dan kami akan meningkatkan transaksi modal dan keuangan seperti inital public offering (IPO). Selain itu juga, pemerintah akan melancarkan iklim investasi,” jelasnya. (ra)