Bisnis.com, JAKARTA – Para pengusaha ritel di Indonesia tampaknya harus bekerja keras untuk mendongkrak penjualan sekitar Rp70 triliun hingga Rp75 triliun pada akhir tahun ini atau sekitar 50% dari target omzet yang diperkirakan pada 2013 sebesar Rp150 triliun.
Pasalnya, masa-masa Ramadhan dan Lebaran yang diperkirakan dapat menjadi masa panen raya peritel dengan target kontribusi hingga 40% atau sekitar Rp60 triliun, nyatanya hanya mampu terpapar pada angka sekitar Rp30 triliun atau 20%.
Adapun penjualan pada Semester I, baru bekontribusi sebesar 30% atau sekitar Rp45 triliun, dimana Rp11,86 triliun di antaranya dikontribusikan selama masa Festival Jakarta Great Sale. Dengan demikian, hingga akhir Lebaran, penjualan yang berhasil diraup oleh peritel baru mencapai 50% dari target omzet.
Wakil Sekjen Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Satria Hamid Ahmadi mengatakan melesetnya target yang diharapkan oleh peritel pada tahun ini antara lain disebabkan oleh kenaikan harga BBM, kenaikan harga bahan pangan, dan tarif dasar listrik.
Selain itu, masyarakat yang berada di luar Pulau Jawa yang selama ini sangat bergantung pada produk perkebunan seperti karet dan kelapa sawit serta hasil pertambangan, pun ikut terkena imbas akibat kondisi global yang belum membaik.
Hal-hal tersebut menurutnya membuat para konsumen lebih bijak dan berhati-hati dalam membelanjakan penghasilannya yang pada akhirnya berdampak pada penjualan ritel di Tanah Air.
“Awalnya target dari peritel di Semester I/2013 omzet yang diraih 30%, ditambah Ramadhan dan Lebaran 40%, dan sisanya 30% yang dipenuhi hingga akhir tahun. Ternyata kondisinya saat ini baru tercapai sekitar 50% an, sehingga masih harus mengejar sisanya sampai akhir tahun ini,” ucapnya kepada Bisnis, Kamis (15/8/2013).
Meski terbilang cukup besar, pihaknya mengaku masih optimistis bisa mencapai target Rp150 triliun. Sebab angka tersebut menurutnya merupakan angka realistis dengan peningkatan 10% dibandingkan omzet tahun sebelumnya Rp135 triliun.
“Pasti akan terkoreksi (target) karena tidak bisa dipungkiri kenaikan harga BBM dan pangan membuat masyarakat lebih bijak berbelanja, tapi kami masih optimistis (target tercapai).”