Bisnis.com, BANDUNG—Pengembangan terminal Bandara Husein Sastranegara Bandung hingga kini terkatung-katung, padahal proyek itu seharusnya sudah rampung pada awal tahun ini.
General Manager PT Angkasa Pura II Cabang Bandara Husein Sastranegara Yayan Hendrayani mengatakan molornya perluasan terminal akibat belum turunnya izin dari petinggi TNI Angkatan Udara sebagai pemilik lahan. Saat ini, terminal hanya mampu menampung 900.000 orang per tahun.
"Sebetulnya lahan yang akan digunakan untuk perluasan itu milik PT Dirgantara Indonesia. Akan tetapi, nampaknya masih belum clear antara PT DI dan TNI AU dalam proses tukar guling," katanya, Selasa (13/8/2013).
Dia mengatakan penambahan kapasitas terminal mendesak akibat tingginya arus penumpang domestik dan internasional di bandara itu. Pengelola bandara berencana menambah kapasitas terminal menjadi 2 juta orang per tahun.
Yayan mengatakan perluasan terminal dapat menunjang aktivitas penerbangan sehingga secara otomatis frekuensi penerbangan dari dan ke Bandung akan bertambah.
Saat ini, frekuensi penerbangan di Bandara Husein Sastranegara sekitar 60 kali per hari di luar penerbangan TNI AU. “Jadi, seluruhnya merupakan aktivitas penerbangan komersial,” ujarnya.
Apabila perluasan terminal Bandara Husein Sastranegara tuntas, kata Yayan, rute dan frekuensi penerbangan dari dan ke Bandung akan naik menjadi 90 kali per hari. "Ini dapat menunjang roda ekonomi Jawa Barat, khususnya Bandung, terutama di sektor pariwisata," ujarnya.
Sejauh ini, belum jelas kapan izin perluasan terminal tersebut keluar. Akan tetapi, AP II memberikan batas waktu pembangunan terminal paling lambat dilakukan pada 2014.
Menurutnya, jika pengembangan dilakukan setelah 2014, AP II lebih memilih fokus pada bandara yang tengah digarap Pemprov Jabar yakni Bandara Internasional Kertajati di Kab. Majalengka.
"Kalau pembangunan dilakukan lewat tahun depan artinya kami akan rugi karena modal yang dikeluarkan tidak akan kembali. Sebab dalam menjalankan bisnis ini kami harus memperhitungkan berbagai aspek juga," ujarnya.
Mengenai konsep pembangunan terminal, pihaknya cenderung memilih bersifat tidak permanen seperti Bandara Jeddah berupa tenda-tenda yang mudah dipindah.
Pembangunan sendiri akan diserahkan pada pihak ketiga dimana desain dan pembangunannya diserahkan kepada pemenang tender layaknya Bandara Jeddah yang diperkirakan menelan anggaran hingga Rp290 miliar.