Bisnis.com, MALANG— Pemerintah perlu membuat program untuk mendorong remitansi tenaga kerja Indonesia (TKI) yang digunakan untuk membiayai ekonomi produktif.
Direktur Eksekutif Institut Development for Economic and Finance (Indef) Prof Ahmad Erani Yustika mengatakan angka pengiriman per TKI kepada keluarganya sangat besar. Apalagi jika dikumulatifkan per tahun.
“Dana yang dikirimkan TKI ke keluarganya itu besarannya sangat signifikan dan bisa digunakan membiayai kegiatan ekonomi produktif,” kata Erani, Kamis (8/8/2013).
Namun selama ini remitansi lebih banyak untuk membiayai kegiatan ekonomi konsumtif. Contohnya untuk membiayai kehidupan sehari-hari keluarga dan semacamnya.
Karena itulah, pemerintah perlu membuat program untuk mendorong agar remitansi TKI bisa dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan ekonomi produktif di daerah asal tenaga kerja tersebut. Dengan begitu, maka remintansi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, setidaknya ekonomi di daerah tempat TKI.
Sementara itu menjelang Lebaran, TKI asal Kabupaten Malang, Jawa Timur, ramai-ramai mengirim uang ke daerah asalnya. Data yang tercatat di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) setempat mencatat angka remitansi sampai menjelang Lebaran mencapai Rp134 miliar.
“Kemungkinan angkanya melebihi dari itu karena data tersebut hanya kami ambil dari dua bank, yakni BNI dan BRI,”kata Djaka Ritamtama, Kepala Disnakertrans Kab. Malang.
Pengirim remitansi TKI terbesar dari Hongkong, yakni sebesar Rp44 miliar, selanjutnya Malaysia Rp35 miliar, Arab Saudi Rp12 miliar, dan lainnya seperti dari Uni Emirat Arab, Kuwait, Jepang, Singapura, dan Taiwan.(ltc)