Bisnis.com, JAKARTA--Ekspor tekstil dan produk tekstil pada semester I/2013 hanya naik tipis 3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, jauh lebih rendah dari target sekitar 10%.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia masih tumbuh ketika ekspor industri lain mulai menurun.
Namun, dari target peningkatan 10% pada semester pertama tahun ini, ekspor hanya bisa tumbuh 3%. Adapun nilai ekspor semester I/2013 mencapai US$6 miliar.
“Masih bisa tumbuh bukan karena Indonesia kompetitif. Namun, karena kasus di Bangladesh yang menyebabkan pembeli Eropa dan Amerika Serikat beralih ke Vietnam, Kamboja, dan tentunya Indonesia. Makanya Indonesia masih tumbuh,” kata Ade, Senin (5/8/2013).
Menurutnya, perekonomian dunia yang tengah melemah memang memberikan gejolak pada perekonomian Indonesia. Namun, pihaknya masih merasa beruntung lantaran ekspor tekstil dan produknya masih bisa tumbuh dan surplus meski tak sesuai dengan target yang direncanakan.
Sepanjang tahun ini, API menargetkan ekspor TPT bisa mencapai US$13,4 miliar atau sama dengan realisasi 2011. Pada 2012, realiasi ekspor hanya US$12,5 miliar dan merupakan pertama kalinya ekspor TPT menurun.
Menurut Ade, hal itu disebabkan oleh adanya peraturan Menteri Keuangan yang mengharuskan perusahaan di luar kawasan Berikat membayar PPN.
Untuk bisa meningkatkan nilai ekspor, pihaknya juga mendesak pemerintah untuk untuk segera merealisasikan perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa. Tahun lalu, ekspor Indonesia ke Eropa turun dari 18% menjadi 16%.
“Indonesia dan Uni Eropa bisa saling mengisi sehingga pertumbuhan Indonesia akan tumbuh. Perdagangan dengan Uni Eropa juga akan meningkat tiga kali lipat serta penambahan pekerja hingga 200.000 pekerja,” jelasnya.