Bisnis.com, JAKARTA--Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) memberikan US$18,7 miliar sebagai penerimaan negara dalam periode Januari-Juni 2013.
Rudi Rubiandini, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan perolehan US$18,7 miliar sedikit lebih timggi dibandingkan dengan target sebesar US$18,4 miliar di semester 1 tahun ini.
"Penerimaan negara dari hulu migas menunjukan hasil tang menggembirakan, meskipun produksi minyak nasional masih aedikit di bawah target yang telah ditetapkan," katanya di Jalarta, Rabu (31/7/2013).
Sepanjang semester 1 tahun ini produksi minyak bumi secara nasional mencapai 831.118 barel per hari. Pencapaian itu hanya sekitar 99% dari target yang ditetapkan dalam APBNP 2013 yangs sebesar 840.000 barel per hari.
Menurutnya, capaian produksi minyak nasional yang mencapai 99% dari target APBNP belum pernah terjadi dalam 3 tahun terakhir.
Rudi sebelumnya mengatakan tingginya penerimaan sektor migas pada semester 1 tahun ini disebabkan harga minyak mentah yang sempat melambung pada akhir tahun.
“Untuk minyak ini kan dibayarkan pada awal transaksi, sementara awal tahun lalu harga minyak mentah masih tinggi. Jadi saat ini kami sudah mencapai target atau ekuivalen dengan US$15 miliar,” ungkapnya.
Seperti diketahui rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) selalu di atas US$100 per barel pada periode Januari-April 2013. Bahkan pada Februari 2013 ICP mencapai US$114,86 per barel atau lebih tinggi US$3,79 per barel dibandingkan dengan ICP Januari yang sebesar US$111,07 per barel.
Tingginya ICP tersebut meningkatkan pendapatan negara dari sektor hulu migas. Di sisi lain, tingginya ICP tersebut juga mengharuskan Pemerintah merogoh kantung lebih dalam untuk membayar impor bahan bakar minyak (BBM) di hilir migas.